Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dedi Mulyadi
Anggota DPR RI

Pernah menjadi tukang ojek, penjual beras, hingga peternak domba. Mantan Bupati Purwakarta yang kini anggota DPR RI.

Mengakhiri Polarisasi Dua Kutub dengan Spirit Kejujuran

Kompas.com - 09/08/2018, 10:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMILIHAN Presiden Tahun 2014 dan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 telah menyisakan residu energi yang begitu besar. Dua kutub mengkristal, hingga saat ini sangat sulit mencair.

Entah siapa yang memulai, istilah cebong dan kampret menjadi penamaan yang khas untuk dua kutub itu. Jagat media sosial kemudian begitu ramai dengan pertentangan warganet di dua kutub ini. 

Cebong merupakan panggilan untuk pasukan die hard pembela Pak Joko Widodo. Sementara kampret berada di kutub seberang. 

Hampir lima tahun mereka bertarung, sampai hari ini belum juga ada upaya ishlah rekonsiliasi. Alih-alih gencatan senjata, masing-masing dari mereka di tahun politik ini kian aktif mengasah diksi-diksi insinuatif bernada cercaan dan kecaman.

Baca juga: PoliticaWave: Terjadi Polarisasi Perbincangan soal Ahok di Media Sosial

Anak bangsa seolah dipaksa berada dalam disparitas pemahaman ideologi semu, berbalut misi mempertahankan kemapanan patron masing-masing. Secara hakikat, situasi ini sesungguhnya teramat melelahkan dan tidak melahirkan benefit bagi anak bangsa.

Seharusnya, hasil kontestasi politik menjadi sintesa bagi kedua kubu. Dia harus diterima sebagai jawaban sejarah untuk setiap gagasan yang ditawarkan. Sayangnya, sintesa itu tidak pernah terjadi. Boleh jadi, kobaran konflik ini sengaja dipelihara.

Kritik yang mengarah pada ejekan dan pembelaan membabi buta sering kita temukan dalam unggahan sosial media. Salah satunya saat mengomentari kepemimpinan Anies-Sandi di Jakarta.

Satu kubu mengkritik seolah Anies-Sandi tidak ada benarnya dan nol prestasi kerja. Ahoklah pemimpin terbaik di Jakarta yang tiada pernah akan ada gantinya.

Satu kubu yang lain menganggap Anies-Sandilah yang membenahi Jakarta saat ini. Apabila ada kekurangan, itu merupakan ketidakmampuan Ahok pada masa lalu.

Padahal, kalau kita mau objektif, Ahok ada sisi keberhasilannya, tetapi ada juga sisi lemahnya. Begitupun Anies-Sandi, ada aspek yang menjadi fokus perubahannya, ada juga pekerjaan yang dia lupakan.

Maka letak oposisi dalam perspektif demokrasi adalah memberikan otokritik konstruktif agar ada perbaikan dalam kepemimpinan kubu yang menjadi lawan politiknya.

Baca juga: Amnesty Internasional: Hak Elektoral dan Pluralisme di Indonesia Alami Kemerosotan

Salah satu kerugian yang dialami Jakarta adalah keengganan Anies-Sandi untuk merawat apa yang dahulu diletakan Ahok. Seperti tidak terawatnya kawasan Kalijodo.

Hal ini bisa jadi Anies-Sandi enggan merawatnya. Karena apabila dia merawatnya tidak menjadi tren kreativitas baru yang menjadi merk mereka.

Bahkan, bisa jadi kelompok oposisi akan menganggap Anies-Sandi tidak memiliki kreativitas karena dianggap hanya bisa meneruskan apa yang Ahok letakan.

Padahal dari sisi proses, pembangunan harus berjalan berkesinambungan. Setiap masa, seorang pemimpin memiliki jasa kepemimpinan dan apabila memiliki manfaat harus diteruskan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Yusril Akui Sebut Putusan 90 Problematik dan Cacat Hukum, tapi Pencalonan Gibran Tetap Sah

Nasional
Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Bukan Peserta Pilpres, Megawati Dinilai Berhak Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim 'Amicus Curiae' ke MK

Perwakilan Ulama Madura dan Jatim Kirim "Amicus Curiae" ke MK

Nasional
PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

PPP Tak Lolos ke DPR karena Salah Arah Saat Dukung Ganjar?

Nasional
Kubu Prabowo Sebut 'Amicus Curiae' Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Kubu Prabowo Sebut "Amicus Curiae" Megawati soal Kecurangan TSM Pilpres Sudah Terbantahkan

Nasional
BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

BMKG Minta Otoritas Penerbangan Waspada Dampak Erupsi Gunung Ruang

Nasional
Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Demokrat Tak Resisten jika Prabowo Ajak Parpol di Luar Koalisi Gabung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Kubu Prabowo-Gibran Yakin Gugatan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud Ditolak MK

Nasional
Aktivis Barikade 98 Ajukan 'Amicus Curiae', Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Aktivis Barikade 98 Ajukan "Amicus Curiae", Minta MK Putuskan Pemilu Ulang

Nasional
Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com