JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul menilai, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sebenarnya mempunyai peluang untuk memperbaiki hubungan.
Namun, ia justru melihat orang-orang di lingkaran SBY dan Megawati lah yang kerap memanas-manaskan suasana.
"Saya mohon lingkungan SBY dan lingkungan Megawati jangan jadi politisi kompor," kata Ruhut kepada Kompas.com, Jumat (27/7/2018).
Baca juga: Ruhut: Aku Mohon Pak SBY Berpikir Ulang Koalisi dengan Prabowo
"Junior-junior aku di Demokrat jangan jadi kompor meleduk," tambah mantan juru bicara Partai Demokrat ini.
Ruhut mengatakan, orang-orang di ring 1 PDI-P dan Demokrat harusnya ikut membantu SBY dan Megawati untuk saling berkomunikasi dan mendinginkan suasana.
Ia mencontohkan upaya yang dilakukan suami Megawati, Taufiq Kiemas, semasa hidupnya dulu. Menurut dia, Taufiq selalu berusaha agar Megawati dan SBY akur.
Baca juga: Jokowi Diharapkan Dapat Memulihkan Hubungan SBY-Megawati
"Jadi lah juru damai juru damai kalau ada ketidaksepahaman. Mereka dong yang menjembatani. Karena kedua tokoh ini harus bersatu," kata Ruhut.
Jika upaya komunikasi antara kedua tokoh sudah dilakukan, maka Ruhut meyakini SBY dan Megawati akan bisa bersatu.
Bahkan, menurut dia, bukan tidak mungkin SBY akan bergabung ke koalisi pendukung Jokowi di Pilpres 2019.
Baca juga: Faktor SBY Dinilai Jadi Kelebihan AHY untuk Jadi Cawapres Prabowo
"Apalagi kedua tokoh ini sangat pancasilais. SBY menghormati Megawati sebagai bekas presidennya. Beliau juga cukup lama bersama Bu Megawati. Ajudan kebanggan Bu Megawati juga adiknya Bu Ani (Istri SBY), Pak Pramono Edhie," tambah dia.
SBY sebelumnya mengakui bahwa hubungannya yang mandek dengan Megawati menjadi penghambat gabungnya Demokrat dalam koalisi pendukung Jokowi pada Pilpres 2019.
Hal itu disampaikan SBY setelah melakukan penjajakan politik dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, Rabu (25/7/2018).
Konflik antara Megawati dengan SBY berawal dari niat SBY maju Pilpres 2004. Saat itu, Megawati menjabat sebagai presiden dan SBY menjabat Menko Polhukam.
Singkat cerita, SBY kemudian mundur sebagai menteri lalu mendeklarasikan Partai Demokrat. SBY kemudian maju sebagai capres bersama Jusuf Kalla, kemudian memenangi Pilpres 2004.
Saat itu, pasangan SBY-JK mengalahkan Megawati sebagai petahana yang berpasangan dengan tokoh Nahdlatul Ulama, Hasyim Muzadi.