JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPP Partai Gerindra Nizar Zahro meminta komunikasi ketua umumnya, Prabowo Subianto, dengan sejumlah partai tak dimaknai sebagai langkah meninggalkan PKS dan PAN.
Hal itu disampaikan Nizar menanggapi pertemuan Prabowo dengan sejumlah petinggi partai, seperti Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ia mengatakan, hubungan Gerindra dengan PKS dan PAN sudah terjalin lama. Hubungan Gerindra dengan PKS dan PAN tak bisa disamakan dengan hubungan Gerindra dan partai lain.
Baca juga: Golkar Duga Pertemuan Puan dan Prabowo Bahas Rencana Koalisi
"Hingga kini, Partai Gerindra tetap konsisten membangun koalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN)," kata Nizar melalui keterangan tertulis, Jumat (20/7/2018).
"Kedua partai tersebut lebih dikenal sebagai partai berbasis agama. Sedangkan Partai Gerindra merupakan partai yang lebih bercorak nasionalis. Karenanya, kombinasi Partai Gerindra, PKS, dan PAN merupakan representasi rakyat dan umat Islam Indonesia," lanjut Nizar.
Ia menambahkan, komunikasi antara Prabowo dan tokoh partai lain dilakukan sebagai ikhtiar untuk menggalang kekuatan guna memenangkan pemilihan presiden tahun 2019.
Baca juga: Gerindra: AHY Berpeluang Jadi Cawapres Prabowo
Oleh karena itu, nantinya cawapres pendamping Prabowo akan ditentukan bersama partai koalisi, yakni PKS dan PAN.
Ia menambahkan, jika partai lain dengan kesamaan visi hendak bergabung, tentu cawapresnya akan diajak untuk berembuk.
"Sebab, dalam berkoalisi haruslah saling melengkapi. Dengan artian, kelemahan Partai Gerindra bisa ditutupi kelebihan dari PKS maupun PAN. Begitu juga sebaliknya, kelemahan PKS bisa ditutupi kelebihan dari Partai Gerindra dan PAN," lanjut dia.