JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum 1979, pemberangkatan jemaah haji dari Indonesia ke Arab Saudi menggunakan dua pilihan moda transportasi, yaitu jalur laut dan udara.
Pengangkutan jemaah calon haji menggunakan transportasi udara dimulai sejak 1952. Sementara, penggunaan kapal laut sudah berlangsung sejak dulu hingga terakhir pada 1979.
Banyak kisah dari perjalanan haji menggunakan kapal laut. Di Indonesia, ada beberapa kapal laut yang melayani perjalanan haji. Satu di antaranya adalah Kapal Ambulombo.
Harian Kompas, 12 Januari 1966, memberitakan, Kapal Ambulombo diberangkatkan dari tiga pelabuhan di Indonesia, yakni Surabaya, Tanjung Priok (Jakarta), dan Padang.
Kapal ini mengangkut sekitar 400 jemaah calon haji, dengan lama perjalanan sekitar satu bulan.
Baca juga: Dari Tampomas hingga Abeto, Kapal Laut yang Pernah Angkut Jemaah Haji Indonesia ke Jeddah
Saat itu, Biro Penerangan Departemen Urusan Haji, seperti dikutip Harian Kompas, 22 Januari 1966, menyebutkan, rusaknya kapal ini menyebabkan jemaah diangkut menggunakan kapal haji lainnya, yaitu Kapal Tjut Nyak Dien dan Kapal MH Thamrin.
Dengan pemindahan kapal ini, maka Kapal Tjut Nyak Dien dan Kapal MH Thamrin mengalami beberapa perubahan rute, yaitu:
Kapal Tjut Nyak Dien yang bertolak dari Jakarta dengan mengangkut 611 jemaah pada 26 Januari 1966, singgah di Padang pada 28 Januari 1966 untuk mengangkut 185 jemaah calon haji.
Pada 30 Januari 1966, kapal ini singgah di Sabang (Banda Aceh), dan mengangkut 100 jemaah calon haji.
Setelah itu, kapal diberangkatkan ke Jeddah.
Rute selanjutnya kapal ini adalah Dumai (Riau) pada 2 Februari 1966 dengan mengangkut 238 orang jemaah calon haji. Dari Riau, kapal berangkat menuju Jeddah.
Tak ada keterangan kapan terakhir Kapal Ambulombo digunakan untuk pengangkutan haji. Pemberitaan Harian Kompas, 23 April 1968, menyebutkan, kapal ini seharusnya sudah "diistirahatkan" karena sudah menjadi besi tua.
Konstruksi baja badan kapal sudah sangat tua dan tipis.
Kapal Ambulombo yang dibeli dari Australia merupakan kapal keluaran tahun 1935. Pada tahun 1968, tipe dan sparepart kapal itu sudah tidak diproduksi lagi.
Dengan keterbatasan perangkat pengganti, jika Kapal Ambulombo mengakami kerusakan, maka spareparts diganti secara darurat terus menerus.
Selain itu, lambung flat baja pada bagian bawah kapal tersebut rata-rata sudah sangat tipis yaitu kira2 5 mm.
Sementara, as pada dua propeller atau baling-baling kapal sering bocor. Akibatnya, Kapal Ambulombo mengalami kerusakan hampir setiap tahun dengan kondisi mesin dan pipa kapal yang sudah sangat tua.