JAKARTA, KOMPAS.com - Konfigurasi peta koalisi partai politik jelang pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden untuk pemilihan presiden 2019, masih sangat dinamis.
Setidaknya terdapat dua kubu partai politik saat ini. Pertama, partai politik pendukung Joko Widodo yang terdiri dari PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP, Perindo, PSI dan PKPI.
Kedua, partai politik di luar itu, yakni Gerindra, PKS, Demokrat, PKB dan PAN.
Melihat situasi terkini, Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio memprediksi, Pilpres 2019 akan menjadi arena pertarungan bagi tiga poros partai politik.
Hal ini didasarkan pada PKS yang semula tampak 'mesra' dengan Gerindra, justru semakin menjauh lantaran adanya ketidakinginan Gerindra mengambil calon wakil presiden bagi Prabowo Subianto dari PKS.
"Kalau, misalnya, Gerindra sampai akhir 'kekeuh' mengambil cawapres bukan dari PKS, berarti yang tersisa PKS, PAN dan PKB. Buat mereka ini berarti hanya dua pilihan saja, mau gabung ke Jokowi atau Prabowo, atau bikin koalisi sendiri," ujar Hendri kepada Kompas.com, Rabu (11/7/2018).
Baca juga: PKS Ancam Pecah Kongsi dengan Gerindra jika Tak Dapat Posisi Cawapres
Melihat Partai Demokrat yang getol menyodorkan nama Agus Harimurti Yudhoyono dengan siapa saja di Pilpres 2019, Hendri memprediksi, Gerindra akan bergabung bersama Demokrat dan membentuk poros tandingan Jokowi.
Poros ketiga tersebut terdiri dari PKS, PAN dan PKB.
Situasi ini, menurut Hendri, tentunya menyisakan persoalan. Sebab, poros tersebut notabene tidak mempunyai tokoh sentral.
"Kalau jadi bikin koalisi sendiri, poros baru, mereka harus ada tokoh sentral dan satu-satunya tokoh sentral yang tersisa cuma Pak Jusuf Kalla. Beliau lah penentu arahnya nanti," ujar Hendri.
Baca juga: PKS Ancam Pecah Kongsi, Ini Komentar Gerindra
Prediksi konfigurasi koalisi partai politik tersebut, lanjut Hendri, akan berubah lagi apabila Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan uji materi atas presidential threshold sebesar 0 persen.
Artinya, setiap parpol bisa mengusung pasangan capres-cawapres.
Coattail Effect
Mengenai PKS yang ngotot memajukan kadernya sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo, menurut Hendri, adalah hal yang wajar.
Apalagi, PKS mengancam akan pecah kongsi apabila Gerindra tidak menggandeng kadernya.
Baca juga: SBY: Saat Jokowi dan Prabowo Umumkan Cawapres Jadi Game Changer