JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby menilai kubu calon petahana Presiden Joko Widodo dan kubu oposisi masih galau dalam menentukan pasangan capres-cawapres yang ideal.
Di sisi Jokowi, kata dia, posisi elektoral mantan Gubernur DKI Jakarta itu lebih rendah dibandingkan posisi elektoral Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada kontestasi politik keduanya.
Pada waktu itu, dalam berbagai survei, elektabilitas SBY pada periode keduanya berada di atas 60 persen.
Baca juga: Posisi Jokowi Dinilai Lebih Rumit dalam Menghadapi Pilpres 2019
Sementara elektabilitas Jokowi saat ini masih di bawah 50 persen dalam berbagai versi survei.
"Karena elektoral tak sekuat Pak SBY. Sehingga Pak Jokowi butuh cawapres yang bisa menambah insentif elektoral di pilpres nanti," kata Adjie di kantor LSI, Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Selain itu, Adjie juga menduga masih ada perdebatan dan diskusi yang cukup alot di internal koalisi Jokowi dalam penentuan nama cawapres Jokowi.
Baca juga: Saat Dua Menteri Mengungkit Masa-masa Jadi Timses Jokowi-JK di Hadapan Anies...
"Sehingga sampai saat ini nama (cawapres) yang muncul belum mengerucut ya. Karena untuk di sisi Pak Jokowi cawapresnya belum pasti," kata dia.
Di kubu oposisi, Adjie melihat belum ada kepastian terkait siapa yang akan diusung sebagai capres-cawapres.
Ia berkaca pada manuver terkini PKS yang sebelumnya tegas mendukung Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto namun sempat mewacanakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai capres.
Baca juga: Politisi PKS: Prabowo Penantang Kuat Jokowi, yang Lain Masih Berat
Di sisi lain, Gerindra juga mempertahankan sikapnya dengan mengusung Prabowo sebagai capres.
"Lawannya Jokowi nampaknya belum ada kesepahaman siapa yang maju sebagai capres. Walaupun kita melihat ada semangat yang sama dari oposisi untuk menang dan mengalahkan Jokowi. Artinya dengan kesamaan pandangan itu bisa menyatu dan melebur jadi satu kekuatan," ujar dia.
"Jadi memang saat ini dua-duanya galau. Jokowi galau siapa cawapresnya, di pihak lain masih galau siapa yang layak melawan Jokowi," katanya.