KOMPAS.com - Peluncuran Satelit Telstar I pada 10 Juli 1962 membawa perubahan bagi dunia, tak terkecuali Indonesia.
Keberadaan satelit ini membuat siapa saja bisa "melihat" dunia.
Seperti kisah yang tercatat di Indonesia pada 1968-1969.
Dikutip dari Harian Kompas, 5 September 1968, atas persetujuan Pemerintah Indonesia, Amerika Serikat mulai membangun satelit komunikasi di Kampung Cikukuli, Desa Cilegong, tepatnya sebelah barat Waduk Jatiluhur.
Satelit komunikasi ini akan digunakan untuk merelay siaran televisi dari luar negeri.
Sejak itu, masyarakat Indonesia bisa menikmati siaran TV dari negara lain secara langsung.
Selain bisa menikmati siaran TV, keberadaan Ground Station Telstar Jatiluhur bisa mempercepat komunikasi Indonesia dengan luar negeri.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 10 Juli 1962, Peluncuran Satelit Komunikasi Pertama Dunia
Pada 29 September 1969, Stasiun Jatiluhur diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Sebagai percobaan, Presiden Soeharto melakukan percakapan dengan beberapa duta besar, salah satunya Duta Besar Indonesia di Washington, Sudjatmoko.
Seperti ini percakapan yang berlangsung kala itu:
"Selamat pagi," sapa Soeharto
"Di sini malam pak," jawab Dubes Sudjatmoko
"Jam berapa di situ ?" tanya Soeharto
"Jam 01.06 malam, Pak," sahut Sudjatmoko
Presiden Soeharto mengatakan, dengan beroperasinya stasiun satelit bumi Jatiluhur, Indonesia telah memasuki taraf baru dalam memanfaatkan secara langsung hasil teknologi yang sangat tinggi, yaitu telekomunikasi melalui satelit bumi.
Harian Kompas, 9 April 1969, menyebutkan, peluncuran Telstar 1 ke luar angkasa memberi manfaat luas ke segala penjuru.
Satelit ini mempunyai 132 saluran yang setiap harinya melayani hubungan ke luar negeri.
Ketika berlangsungnya pesta olahraga Olimpiade di Tokyo pada 1985, siaran pertandingan olimpiade bisa tersebar luas ke penjuru dunia.