Apa yang dilakukan Norwegia tahun 1980 dan dampaknya hingga saat ini menambah keyakinan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tentang pengelolaan sumber daya laut yang salah satu implementasinya adalah penenggelaman kapal asing pencuri ikan ada di jalan yang benar.
Meskipun makin teguh keyakinannya, kegelisahan Menteri Susi tidak lantas hilang.
Mendapat apresiasi tinggi di forum internasional seperti di FAO dan dipuji di banyak negara, Menteri Susi merasa berjuang sendiri tanpa dukungan memadai di dalam negeri. Kegelisahan berakar di sini.
Baca juga: Ditentang di Indonesia, Menteri Susi Dipuji Dunia karena Melawan Illegal Fishing
Norwegia adalah negara kedua yang didatangi Menteri Susi dan anggota delegasi setelah sebelumnya hadir di Markas FAO (Food and Agriculture Organization) di Roma, Italia. Kunjungan kerja Menteri Susi dan anggota delegasi dilakukan 4-9 Juni 2018.
Hari internasional pertama
Di Markas FAO di Roma, Selasa (5/6/2018), Menteri Susi hadir untuk pencanangan hari internasional perlawanan terhadap penangkapan ikan ilegal, tak terlaporkan dan liar (Illegal, Unreported and Unregulated Fishing/IUUF).
Hari internasional ini akan diperingati dunia setiap 5 Juni. Peringatan diawali di Markas FAO saat Menteri Susi menjadi salah satu pembicara kunci berdampingan dengan Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva.
Sebelum Hari Internasional IUUF itu, Menteri Susi didampingi Sekjen KKP Nilanto Perbowo, Kepala BRSDMKP Prof Syarif Wijaya dan Koordinator Staf Khusus Satgas 115 Mas Achmad Santosa bertemu Komisioner Uni Eropa untuk Urusan Kelautan dan Perikanan Karmenu Vella.
Vella bersepakat dengan Menteri Susi untuk banyak hal utamanya pengelolaan sumber daya laut.
Di forum FAO, Vella menyebut perlawanan terhadap penangkapan ikan ilegal, tak terlaporkan dan liar (IUUF) sebagai kewajiban moral yang sifatnya imperatif alias keharusan bagi negara-negara yang memiliki wilayah laut seperti Indonesia.
Menteri Susi mendapat pujian atas kebijakan dan konsistensi pelaksanaan kebijakan itu di forum FAO yang digelar di Sheikh Zayed Center.
Dari Roma, Menteri Susi dan anggota delegasi bergerak ke Norwegia. Sejumlah kegiatan dilakukan di Olso dan Bergen, dua kota terbesar di Norwegia.
Ekspor Salmon
Di Oslo, dalam jamuan makan malam yang hangat, Menteri Susi bertemu dengan Menteri Perikanan Norwegia Per Sandberg.
Sejumlah hal dibicarakan termasuk klarifikasi beberapa isu sensitif kedua negara seperti ekspor salmon Norwegia ke Indonesia dan ekspor minyak sawit Indonesia ke Eropa.
Dalam pertemuan ini, Duta Besar RI untuk Norwegia Todung Mulya Lubis ikut bergabung dalam rombongan delegasi Indonesia.
Rancangan Kerja Sama Kelautan dan Perikanan Indonesia-Norwegia, Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE CEPA), Our Ocean Conference (OOC) 2018 di Nusa Dua, Bali dan potensi kerja sama lain jadi bahan pembicaraan.
Norwegia akan hadir dalam OOC 2018 di mana Indonesia menjadi tuan rumah. Tahun berikutnya, OOC 2019 yang akan digelar di Oslo, Norwegia akan jadi tuan rumah.
Sejumlah pertemuan Menteri Susi bersama delegasi dengan pejabat Norwegia digelar di Oslo. Pertemuan berlangsung tertutup.
Di sela-sela pertemuan itu, Menteri Susi diundang memberi kuliah umum di Norwegian Institute for Foreign Affairs (NUPI), Kamis (7/6/2018).
Selama sekitar satu jam, Menteri Susi memaparkan apa yang dilakukan Indonesia terkait kelautan dan perikanan dalam tiga tahun terakhir sesuai harapan yang disampaikan Presiden Joko Widodo.
Kegiatan Menteri Susi di Oslo diakhiri dengan temu warga Indonesia dan buka puasa bersama di rumah dinas Duta Besar RI untuk Norwegia yang terletak di ketinggian di tepi laut tempat banyak kapal berlabuh.
Berbagi kegelisahan
Di hadapan puluhan warga Indonesia yang ada di Norwegia, dimoderatori Todung Mulya Lubis, Menteri Susi berbagi cerita dan kegelisahan terkait tugas dan tanggung jawabnya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Sebagai pembantu Presiden, Menteri Susi mendasarkan kerjanya pada arahan dan kebijakan Presiden Joko Widodo. Presiden hendak menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan menjadikan laut sebagai masa depan bangsa.
Keinginan dan harapan besar Presiden Joko Widodo itu disampaikan saat pidato di hari pelantikannya, 20 Oktober 2014.
Garis pantai Indonesia merupakan yang terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (202.080 kilometer). Panjang garis pantai kita 95.181 kilometer. Sumber daya laut Indonesia sangat kaya karenanya.
"Laut kita sangat subur. Tapi karena pencurian ikan dua dekade terakhir, kita tidak menikmati kekayaannya. Laut kita rusak ekosistemnya dan biodiversity kita terancam," ujar Menteri Susi mengawali cerita dan kegelisahannya di depan warga Indonesia di Norwegia.
Menteri Susi menyebut, oknum pejabat dan penegak hukum terlibat dalam kejahatan yang marak sejak tahun 2001 saat konsesi diberikan kepada kapal asing. Banyak kapal asing beroperasi di laut Indonesia menggunakan bendera Indonesia.
Tidak hanya itu, ijin yang diberikan dan saat ini dihentikan, digandakan. Satu ijin kapal bisa digandakan menjadi lima bahkan sepuluh.
Untuk mengelabui aparat, kapal dengan ijin yang digandakan itu dibuat persis seperti kapal berijin resmi.