JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Moeloek memandang hengkangnya politisi senior Golkar
Siti Hediyati Hariyadi atau Titiek Soeharto ke Partai Berkarya tak akan berpengaruh besar terhadap Golkar. Sebab, Titiek dinilai bukanlah tokoh sentral yang memiliki pengaruh cukup kuat di Golkar.
"Enggak akan banyak berdampak bagi Golkar Titiek bukan tokoh sentral di Golkar," kata Hamdi dalam keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Rabu (13/6/2018).
Ia juga menilai hengkangnya Titiek tak akan berimbas terhadap potensi pindahnya kader Golkar lainnya ke Partai Berkarya. Selain itu, kepindahan Titiek juga tak akan berimbas pada larinya pemilih potensial Golkar ke Berkarya.
Baca juga: Golkar Minta Titiek Soeharto Tak Cari Alasan untuk Hengkang
"Tidak akan berimbas juga kepada larinya pemilih Golkar ke Berkarya. Fenomena 'Enak Jaman Ku To?'' atau guyonan-guyonan yang dikasih nama dulu SARS (Saya Rindu Akan Soeharto) itu betul hanya meme buat guyonan-guyonan aja," kata Hamdi.
"Sudah berganti generasi. Orang-orang yang dulu berada di usia muda 20 tahun, sekarang udah 50-an ke atas sih, tapi rata-rata usia mahasiswa zaman Soeharto adalah kelompok kritis dan marah sama Rezim Soeharto, yang membikin gertakan Reformasi," papar Hamdi.
Baca juga: Keluar dari Golkar, Titiek Soeharto Siap Lepas Keanggotaan di DPR
Seperti yang diketahui, Titiek Soeharto memutuskan hengkang dari Golkar ke Berkarya.
Titiek kini bergabung dengan Partai Berkarya besutan sang adik, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto.
Ia mengatakan, alasan utama keluar dari Partai Golkar lantaran partai tersebut berstatus sebagai partai pendukung pemerintah.
Di sisi lain, ia merasa gerah dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo karena dinilainya gagal menyejahterakan masyarakat. Namun, karena berstatus sebagai kader Partai Golkar, ia tak bisa mengkritik pemerintah.
Ia pun siap melepas keanggotaannya di DPR lantaran telah keluar dan bergabung dengan Partai Berkarya.
Baca juga: Titiek Soeharto Hengkang, Golkar Khawatir Ditinggal Pencinta Soeharto
Titiek menyadari hilangnya jabatan sebagai anggota DPR merupakan konsekuensi yang harus ia terima begitu keluar dari partai yang menjadi kendaraan politik Presiden Soeharto di era Orde Baru itu.
"Sebagai konsekuensinya tentu saya juga harus melepaskan keanggotaan saya di DPR. Saya mohon pamit kepada teman-teman di DPR, terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaan kita selama ini, baik di Komisi IV, BKSAP maupun saat di rapat paripurna," kata Titiek melalui keterangan tertulis, Senin (11/6/2018).
Titiek akan berjuang supaya Partai Berkarya mampu menembus ambang batas parlemen sebesar 4 persen dan bisa menempatkan kader-kadernya di DPR.