JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua SETARA Institute Hendardi memandang semangat sinergisitas yang digaungkan oleh pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian RI (Polri) belum menjadi budaya tersendiri hingga tingkat terbawah jajarannya.
Hal itu yang juga berpotensi memunculkan gesekan konflik antara anggota TNI dan Polri.
"Masing-masing anggota justru diajari kompetisi yang mengarah pada pengutamaan kelompoknya. Supremasi kelompok bahkan terjadi di internal TNI antar-matra, demikian juga di Polri," kata Hendardi kepada Kompas.com, Selasa (12/6/2018).
Ia menegaskan, pimpinan TNI dan Polri perlu membudayakan konsep sinergisme tersebut di internal kelembagaan.
"Sinergi di tingkat atas adalah aktivitas politik yang belum sepenuhnya menjadi kebiasaan anggota," kata dia.
Baca juga: Pascapengeroyokan, TNI AD Waspadai Provokasi terhadap TNI-Polri
Implikasi lemahnya penguatan sinergisitas tersebut membuat nilai-nilai kebersamaan dan persatuan belum melekat sepenuhnya pada tubuh TNI dan Polri. Hendardi berharap, TNI-Polri bisa membangun mentalitas sportif dan tanggung jawab ke seluruh jajaran dan kepangkatan.
Ia mengingatkan, TNI-Polri merupakan alat pertahanan dan keamanan negara yang harus saling menghormati. Sehingga seluruh jajaran TNI-Polri perlu mengesampingkan persoalan personal atau kelompok untuk menghindari konflik yang mencemarkan citra kedua institusi.
"Konflik lapangan selalu bermotif personal atau kelompok dan bukan terkait tugas anggota tetapi juga sering kali berupa kompetisi bisnis keamanan," kata dia.
Hendardi juga mengungkapkan, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian harus memiliki perangkat yang efektif untuk menegakkan disiplin anggota. Hal itu untuk memastikan semangat sinergitas TNI-Polri berjalan maksimal.
Baca juga: Pemberantasan Terorisme Tak Perlu Dikotak-kotakkan Hanya untuk TNI dan Polri
"Dalam Pilkada misalnya, sinergi anggota dan elit harus sama. Jangan ada ketidakjujuran untuk bersinergi," ujar Hendardi.
Seperti yang diketahui, terdapat dua insiden yang melibatkan oknum TNI-Polri. Beberapa waktu lalu, insiden pengeroyokan dan penusukan oleh oknum anggota Brimob menimbulkan dua korban anggota Kodam Jaya, Serda Darma Adi dan Serda Nikolas Kegomoi. Serda Darma meninggal akibat luka tusuk, sementara Serda Nikolas dirawat akibat luka-luka.
Di sisi lain, dua anggota polisi Subdirektorat Pengendalian Massa, Polda Metro Jaya, mengalami luka akibat dikeroyok oleh oknum diduga anggota TNI di Cijantung, Jakarta Timur, pada Sabtu (9/6/2018) silam.