JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani meminta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi aktif mencegah radikalisme di seluruh kampus.
Hal itu disampaikan Puan menanggapi penemuan bom di Universitas Riau, pekan lalu.
"Ya, saya sudah minta kepada Kemenristek Dikti dengan kementerian yang ada di bawah saya agar lebih proaktif. Kemudian lebih mendekatkan diri pada universitas apapun. Itu enggak boleh terjadi lagi," kata Puan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (7/6/2018).
Baca juga: Cegah Radikalisme, Menteri Nasir Minta Akun Seluruh Mahasiswa Didata
Ia mengatakan, masuknya radikalisme ke dalam kampus tak bisa ditoleransi sebab kampus semestinya menjadi tempat penyebaran paham toleran.
Puan juga meminta Kemenristek Dikti mengkoordinasi para rektor untuk mengantisipasi masuk dan berkembangnya radikalisme di kampus.
"Saya sudah meminta Kemenristek Dikti mengadakan kajian atau diskusi brain storming bersama-sama. Dalam hal ini karena ini bukan tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab kita semua terkait masa depan bangsa ini," kata Puan.
"Ini sedang melakukan kajian bagaimana bentuk kongkret implementasi lapangan yang ada di universitas," lanjut dia.
Baca juga: Menag: Cukup Hanya di Universitas Riau Saja...
Densus 88 Antiteror Polri meringkus terduga teroris berinisial MNZ (33) di dalam area Universitas Riau, dekat Gedung Fisipol, Kampar Riau.
Diamankan barang bukti berupa dua bom pipa besi, bahan peledak jenis TATP siap pakai, bahan peledak lain, yakni pupuk KN03, sulfur, gula dan arang.
Selain itu, tim Densus 88 juga menemukan dua busur panah dan delapan anak panah. Ada pula satu pucuk senapan angin dan satu buah granat tangan rakitan.
Baca juga: Rektor Universitas Riau: Kami Akui Kecolongan...
Penangkapan MNZ merupakan pengembangan atas keterangan dua orang terduga teroris yang diringkus sebelumnya, yakni berinisial RB alias D dan OS alias K.
Keduanya juga merupakan mantan mahasiswa di univesitas yang sama dengan pelaku. MNZ memiliki kemampuan untuk merakit bom TATP.
Ia juga membagi keahliannya tersebut di tautan grup media sosial Telegram.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir sebelumnya sudah meminta para rektor untuk mendata akun media sosial mahasiswa yang ada di perguruan tinggi tersebut.
"Iya semuanya (nomor telepon seluler dan media sosial) akan didata. Nanti pada penerimaan mahasiswa baru, saya minta rektor untuk mencatat semua nomor ponsel dan akun media sosial mahasiswa baru," ujar Menteri Nasir.
Pendataan itu untuk memantau jejak digital mahasiswa tersebut di akun media sosialnya. Pihaknya bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan juga Badan Intelejen Negara (BIN) dalam pendataan itu.
Selain itu, pihaknya juga meminta rektor untuk mendata pegawai, dosen maupun mahasiswa yang terpapar radikalisme.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.