JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pengarah Ideologi Pembinaan Pancasila (BPIP) Yudi Latief menyebut sejumlah masalah yang menyebabkan pemahaman Pancasila mulai luntur dari kehidupan bangsa saat ini.
“Pertama terjadi proses fragmentasi sosial di mana unsur-unsur politik identitas primordialisme kembali meruyak ke ruang publik,” kata Yudi saat ditemui di Kompleks Billy Moon, Jakarta, Kamis (31/5/2018).
Yudi mengatakan, terdapat gejala eksklusivitas sejumlah kalangan saat ini.
Selanjutnya, kata Yudi, masalah Pancasila yang kedua berkaitan dengan isu kesenjangan sosial.
Yudi mengatakan, perlu perhatian terhadap masalah persatuan dan keadilan dalam rangka memperingati hari Kesaktian Pancasila yang jatuh tanggal 1 Juni.
“Bagaimana kita mengembangkan persatuan tanpa mengorbankan keadilan, di saat yang sama kita memperjuangkan keadilan tapi tidak mengoyak persatuan,” kata Yudi.
“Keduanya (persatuan dan keadilan) ibarat sepasang sayap garuda yang harus bergerak secara serempak seperti kepalan sayap garuda,” lanjut dia.
Baca juga: Berbusana Jawa, Jokowi Jadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila
Di sisi lain, Yudi menuturkan merebaknya ekstremisme di ruang publik menunjukkan lemahnya membumikan Pancasila sebagai praktik ideologi (working ideology).
Oleh sebab itu, kata Yudi, perlu beberapa tindakan yang harus ditempuh. Ia mengatakan, dalam lembaga BPIP telah menyusun lima jalur untuk menjadikan Pancasila sebagai praktik ideologi.
“Pertama melakukan revitalisasi dan reaktualisasi pemahaman terhadap Pancasila,” kata dia.
Revitalisasi Pancasila, kata dia, adalah melalui penyegaran materi sosialisasi, pelurusan sejarah Pancasila, hingga penyegaran metode sosialisasi dan pedagogi Pancasila.
Kedua, tutur Yudi, mengembangkan nilai kerukunan di tengah masyarakat melalui penumbuhan nilai kewarganegaraan berbasis nilai-nilai Pancasila.
“Ketiga, mendorong terwujudnya keadilan sosial melalui perumusan sistem ekonomi dan pembangunan berbasis nilai-nilai Pancasila,” ucap dia.
Selain itu, langkah yang dilakukan lembaga BPIP adalah menguatkan internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam produk perundang-undangan dan kebijakan publik.
Baca juga: Para Tokoh di Balik Lahirnya Pancasila
Kemudian, ucap Yudi, menumbuhkan, mempromosikan, dan mengapresiasi keteladanan agen-agan kenegaraan dan kemasyarakatan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
“Jadi Pancasila tidak jauh-jauh dari hidup, kalau kamu bekerja keras, kamu jujur, kamu mencapai puncak karir tidak lewat saling sikut tapi atas dasar tanggung jawab pilihan kamu, dan dengan itu kamu menjadi kebanggan sekitarmu dan bagi bangsamu. Artinya kamu sudah melakukan pelayanan bagi bangsa,” tutur dia.