Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPAI: Perlu Upaya Komprehensif Cegah Anak Terpapar Radikalisme

Kompas.com - 28/05/2018, 11:45 WIB
Reza Jurnaliston,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto menyebut perlu upaya menyeluruh untuk mencegah anak terpapar indoktrinasi radikalisme.

Apalagi kini, KPAI membaca, banyak modus merekrut anak untuk masuk kelompok radikal. Yang lebih parah lagi ikut dalam tindakan radikal.  

“Melihat bahwa banyak juga pola radikalisme pada anak tentu ya kita butuh upaya komprehensif untuk melakukan katakan ikhtiar pencegahan agar anak itu terselamatkan dan tidak terpapar (radikalisme),” kata Susanto, di Kantor KPAI, Jakarta, Senin (28/5/2018).

Susanto juga menyoroti pola baru infiltrasi radikalisme kepada anak. Menurut dia, pencegahan penyebaran radikalisme kepada anak akan sulit bila pelaku indoktrinasi adalah orangtua sendiri.

Baca juga: KPAI: Peran Pendidikan Penting untuk Tangkal Radikalisasme

“Kapan yang bersangkutan melakukan infiltrasi radikalisme pada anak susah dideteksi karena terjadi di ruang-ruang privat,” ucap Susanto.

Menurut Susanto, perlu pemberdayaan dan peningkatan keluarga yang tidak sebatas orientasi ekonomi, tetapi lebih kepada pemahaman dan edukasi mengenai nilai-nilai keluarga.

“Selain juga aspek penguatan ekonominya, penguatan pendidikan, wawasan keluarganya, wawasan pengasihan agar yang bersangkutan tidak memiliki radikalisme,” kata Susanto.

Lebih lanjut, Susanto mengatakan, institusi pendidikan memiliki peran untuk deradikalisasi. Ini bisa membantu menghindarkan anak-anak dari paham radikal atau membebaskan anak dari pemikiran itu.

Namun demikian, mesti dipastikan tenaga pendidiknya tak berpaham radikal. 

“Dipastikan tenaga pendidikannya harus steril dari perspektif radikalisme,” kata dia.

Selain itu, Susanto mengatakan, untuk mencegah penyebaran paham radikalisme juga perlu penguatan dari perspektif keagamaan. Misalnya pemahaman kebangsaan bagi organisasi-organisasi siswa dan pelajar.

“Seperti OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), dikuatkan lembaga dakwah kampus yang terjadi, kenapa? kalau membaca dan melihat riset ternyata ada sejumlah laporan potensi infiktrasi dari beberapa kelompok mahasiswa,” ucap dia.

Pada kesempatan tersebut, Susanto meminta perguruan tinggi termasuk kementerian riset dan perguruan tinggi, dan kementerian pendidikan dan kebudayan melakukan upaya maksimal untuk menangkal radikalisme.

Baca juga: KPAI: Dilibatkan dalam Aksi Teror, Anak-anak adalah Korban Salah Pengasuhan

Di sisi lain, Susanto mengatakan, pentingnya mengontrol konten-konten sumber belajar bagi anak.

“Kita tahu bahwa saat ini sumber belajar sangat luas ada sumber belajar dalam bentuk buku, internet dalam bentuk e-book dalam bentuk PPT dalam bentuk lain,” kata Susanto.

Susanto meminta pihak terkait untuk melakukan monitoring terkait sumber belajar anak aman untuk dikonsumsi.

“Kalau ada konten-konten pendidikan yang berkonten radikal tentu ada upaya pencegahan, jangan sampai itu bisa dibaca oleh anak,” ucap dia.

Sementara, Susanto mengingatkan pentingnya literasi media sosial bagi anak untuk terhindar dari radikalisme.

“Anak-anak saat ini digital native ya anak sebagai pengguna media sosial seolah-olah dunianya,” kata dia.

Kompas TV Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla menyampaikan rasa prihatinnya terhadap teror bom yang terjadi di Surabaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

KPK Belum Terima Salinan Resmi Putusan Kasasi yang Menang Lawan Eltinus Omaleng

Nasional
'Groundbreaking' IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

"Groundbreaking" IKN Tahap Keenam: Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa, dan Pusat Riset Standford

Nasional
Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Karpet Merah Parpol Pengusung Anies untuk Prabowo...

Nasional
Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Cinta Lama Gerindra-PKB yang Bersemi Kembali

Nasional
PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

PKB Beri Sinyal Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin Dinilai Ingin Amankan Kursi Ketum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com