JAKARTA, KOMPAS.com - Abdul Rasyid Wahab atau yang biasa akrab disapa Abah Rasyid tak hanya dikenal sebagai promotor toleransi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pengabdiannnya dalam kemanusiaan juga mencakup pada bidang pendidikan dan kesehatan.
Abah Rasyid menaruh perhatian khusus dalam persoalan kemiskinan dan kesehatan. Ia menilai pendidikan dan kesehatan merupakan jawaban dalam menuntaskan persoalan kemiskinan.
"Di mana ada faktor kemiskinan, di situ sangat bermasalah, dan kemiskinan ekonomi," kata Abah Rasyid kepada awak media di Metro TV, Jakarta, Minggu (27/5/2018).
Baca juga: Mengenal Abah Rasyid, Peredam Konflik dan Perekat Umat Beragama di Tanah Sikka
Ia juga menyoroti persoalan layanan kesehatan dan kemiskinan moral yang menghambat perkembangan masyarakat setempat.
Dari persoalan itu, langkah pertama yang ditempuh adalah mendorong pemberdayaan pendidikan.
Ia mempelopori terbentuknya lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Mahasiswa IKIP Muhammadiyah 70 persennya merupakan umat Katolik. 50 persen dosennya juga beragama Katolik.
Di sekolah Muhammadiyah, mulai tingkat SMP hingga SMA sebagian besar dihuni oleh siswa-siswi dari kalangan Katolik.
Baca juga: Anak-Anak Sikka Ini Kental Bermusik Tradisional
Abah Rasyid juga mendirikan panti asuhan. Panti ini didirikan akibat rasa ibanya atas bencana yang menimpa penduduk di Pulau Babi yang kebetulan mayoritas umat Islam.
Ia menemukan 360 anak-anak korban terlantar.
Dari anak-anak yang diasuhnya, sebagian sudah ada yang berhasil menempuh pendidikan hingga tingkat sarjana. Kini panti asuhan itu dilanjutkan oleh anaknya, Ihsan.
Dalam bidang penanganan bencana alam, Abah Rasyid pernah menjadi Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana bencana di Pulau Palue tahun 1981.
Ia turun tangan dalam melakukan relokasi dan evakuasi masyarakat setempat selama dua bulan.
Baca juga: Jalan-jalan ke 5 Obyek Wisata Menarik di Maumere
Pada tahun 2013, terjadi letusan Gunung Rokatenda di Pulau Palue. Ia memimpin tim Muhammadiyah Disaster Management Center dalam penanggulangan bencana letusan, mulai dari pemberian bantuan, memberikan hiburan kepada para pengungsi hingga memberikan bimbingan pendidikan kepada anak-anak yang mengungsi.