Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Novanto Kecelakaan, Penyidik KPK Tak Ingin Terkendala seperti Saat di RS Premier

Kompas.com - 25/05/2018, 15:21 WIB
Abba Gabrillin,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mempersiapkan segala hal secara terperinci saat Setya Novanto dirawat di Rumah Sakit Medika Permata Hijau pada 16 November 2017 lalu.

Persiapan matang dilakukan demi menghindari hambatan yang mungkin muncul dalam proses hukum.

Hal itu dikatakan penyidik KPK Ambarita Damanik saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Jumat (25/5/2018). Dia bersaksi untuk terdakwa dokter Bimanesh Surtarjo.

"Kami tidak ingin pengalaman di RS Premier terulang di RS Medika Permata Hijau," kata Damanik.

Baca juga: Setya Novanto Akan Melunasi Uang Pengganti Melalui Cicilan

Pascaditetapkan sebagai tersangka pada Oktober 2017, Setya Novanto mangkir dari panggilan pemeriksaan KPK.

Saat itu, Novanto beralasan sakit dan secara tiba-tiba dirawat di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur.

Menurut Damanik, pada saat itu penyidik mendapat hambatan untuk bisa memastikan kondisi kesehatan Setya Novanto.

Baca juga: Fredrich Sempat Minta Kerjaan kepada Penyidik KPK

Penyidik juga sulit mendapat akses dari rumah sakit untuk memeriksa langsung Setya Novanto.

"Pengalaman kami waktu di Premier, saya tiga kali ke sana, bolak-balik, Pak Setya Novanto itu pasang infus sampai berhari-hari. Seperti dalam keadaan tidak sadar," kata Damanik.

Menurut Damanik, ketika mendapat info bahwa Novanto mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit, penyidik mempersiapkan segalanya.

Saat itu, penyidik yang terbagi dalam sejumlah tim membuat rencana pembagian tugas. Menurut Damanik, sebagian ditugaskan melihat langsung kondisi Novanto.

Baca juga: Fredrich Mengaku Dikenalkan pada Setya Novanto oleh Seseorang Mirip Bintang India

Kemudian, sebagian lagi membuat administrasi hukum. Selain itu, ada yang ditugaskan untuk berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Hal itu bertujuan agar KPK didampingi dokter yang kredibel dan mampu memberikan penjelasan yang sebenarnya tanpa ada kepentingan pihak lain.

"Termasuk siapkan ambulans, karena ada harus ada standar. Kami khawatir sopir ambulans KPK tidak sesuai standar, maka kami siapkan dari RSCM Kencana," kata Damanik.

Kompas TV Soal kelanjutan kasus KTP elektronik yang terkait dengan Setya Novanto, Ketua KPK Agus Rahardjo mengaku tengah mendalami hal ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com