JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachland Nashidik menyoroti munculnya nama pimpinan ormas Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dalam Survei Indo Barometer yang dilakukan sejak 15 hingga 22 April 2018 di 34 provinsi di Indonesia.
"Tiba-tiba ada orang yang bernama Habib Rizieq yang terpidana dua kali di zaman Pak SBY (Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono) sekarang ada di kepala orang menjadi capres," ujar Rachland dalam diskusi hasil survei Indo Barometer di Hotel Atlet Century Park, Jakarta, Selasa (22/5/2018).
Nama Rizieq Shihab berada pada peringkat delapan dalam simulasi tertutup 21 nama calon presiden. Rizieq memperoleh persentase 0,6 persen.
Angka perolehan itu mengungguli kandidat lainnya seperti Muhaimin Iskandar (0,5 persen), Zulkifli Hasan (0,2 persen), hingga Airlangga Hartarto (0,1 persen).
Baca juga: Survei Indo Barometer: Elektabilitas Jokowi 40,7 Persen, Prabowo 19,7 Persen
Rachland menilai munculnya nama tersebut merupakan anomali tersendiri yang membuat seorang tokoh ormas keagamaan didukung menjadi tokoh politik.
Padahal, kata dia, pada era Susilo Bambang Yudhoyono, Rizieq Shihab tak pernah dianggap sebagai tokoh politik.
"Di zaman Pak SBY, Habib Rizieq enggak pernah jadi tokoh politik. Dia menjadi terpidana aksi sweeping dan lain lain. Tapi hari ini kita lihat ada nama Habib Rizieq di survei Indo Barometer," ujarnya.
Rachland melihat ada sejumlah masalah dalam kebinekaan pada era Presiden Joko Widodo.
Menurut dia, berbagai kontestasi politik seperti Pilkada DKI Jakarta 2017, isu penistaan agama, hingga rangkaian aksi yang dilakukan sejumlah ormas Islam mendorong orang-orang di ormas keagamaan menjadi tokoh politik baru.
Padahal, Rachland mengingatkan bahwa agenda restorasi sosial Indonesia dengan memperkuat kebinekaan merupakan salah satu agenda Nawacita Jokowi-JK.
"Ada perbedaan zaman Pak SBY low intencity conflict, disimpan. Di zaman Pak Jokowi ini yang ditujukan menjaga kebinekaan justru sebaliknya. Saya melihat ada satu konsekuensi belakangan makin menguat," kata dia.
Baca juga: Survei Indo Barometer: Gatot, Anies, dan Jusuf Kalla Masuk Tiga Teratas Sosok Cawapres
Adapun, Survei Indo Barometer ini melibatkan 1.200 responden dengan metode penarikan sampel multistage random sampling. Responden survei merupakan warga negara Indonesia yang telah memiliki hak pilih pada saat survei dilakukan.
Margin of error survei ini sebesar 2,83 persen (hasil survei bisa bertambah atau berkurang 2,83 persen) pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menyebutkan survei dibiayai secara mandiri.