JAKARTA, KOMPAS.com - Penelitian yang dilakukan Setara Institute menemukan kesimpulan bahwa sikap intoleransi adalah awal mula seseorang berubah menjadi pelaku tindak pidana terorisme. Sikap ini dinilai mudah berlanjut menjadi paham radikalisme.
"Terorisme itu bertingkat, tidak serta merta seseorang jadi teroris. Tangga pertama adalah intoleransi," ujar Direktur Riset Setara Institute Halili dalam diskusi Polemik di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (19/5/2018).
Menurut Halili, Setara pernah melakukan riset di 171 sekolah menengah atas (SMA) negeri. Hasilnya, 0,3 persen siswa terpapar sikap radikalisme.
Kemudian, ada 2,4 persen siswa yang mengalami sikap intoleransi aktif. Menurut Halili, meski jumlah siswa yang mengedepankan sikap toleransi lebih besar, jumlah 0,3 dan 2,4 persen itu harus benar-benar diantisipasi.
Baca juga: Masyarakat Diminta Lapor jika Ada PNS yang Sebar Ujaran Kebencian dan Intoleransi
"Dalam konteks terorisme, satu orang itu sudah terlalu banyak. Kita harus fokus pada isu toleransi sebagai hulu terorisme," kata Halili.
Menurut Halili, dalam pencegahan terorisme, pemerintah perlu memperhatikan serius mengenai pendidikan di sekolah. Menurut Setara, pemberantasan paham radikalisme perlu sejak dini diberantas, tak cuma terfokus pada pelaku teror.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.