Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Terorisme Meluas, Dewan Pers Minta Media Tak Berlebihan Soroti Aksi Teror

Kompas.com - 16/05/2018, 18:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pers Yosef Adi Prasetyo menyoroti pemberitaan yang dilakukan oleh media terkait aksi teror bom yang terjadi beberapa waktu lalu. Yosef menyebut, terorisme dianggap berhasil apabila diberitakan secara besar-besaran.

"Kalau tindakan terorisme tidak dapat publikasi dari media, dianggap tidak sukses, orang juga tidak takut," ujar Yosef di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Jakarta, Rabu (16/5/2018).

Yosef menuturkan, sejumlah studi pun telah dilakukan untuk mencari tahu kaitan antara tindakan terorisme dengan pemberitaan media. Kemudian, ditemukan bukti bahwa tindakan terorisme awal yang diberitakan secara besar oleh media akan memicu tindakan-tindakan lanjutan.

Baca juga: Jika Aksi Teror Terus Meningkat, Pemerintah Akan Libatkan TNI Tangani Persoalan Terorisme

Mendiang mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Tatcher pun pernah menyebut bahwa media adalah oksigen bagi terorisme. Artinya, tindakan terorisme tidak akan berdampak apabila tidak diberitakan oleh media.

"Bagian dari terorisme dengan media itu adalah efek kejut, efek gentar," ungkap Yosef.

Ia menjelaskan, apabila pemberitaan media soal kegiatan terorisme bisa memberikan efek kejut dan gentar bagi khalayak, maka pesan terorismenya tersampaikan.

Oleh karena itu, ia mengingatkan kepada media agar tidak terlalu berlebihan dalam memberitakan tindakan atau aksi terorisme. Ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya tindakan-tindakan susulan.

Baca juga: Wapres Sebut Ada Kemungkinan Aksi Terorisme Berdampak ke Asian Games 2018

"Kami mengingatkan teman-teman media, hati-hati, jangan terlalu overdosis dalam pemberitaan, karena justru akan menyampaikan pesan terorisme itu sendiri," sebut Yosef.

Ditemui dalam kesempatan yang sama, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Solahudin menuturkan, kelompok teroris dan radikal memahami nilai berita atau news value.

Inilah yang menjadi salah satu alasan dilibatkannya perempuan dan anak-anak dalam rangkaian ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo beberapa hari lalu.

"(Aksi bom) dengan laki-laki dewasa itu biasa. Kalau seandainya pelakunya ibu dan anak itu luar biasa, akan memberikan coverage (pemberitaan) yang luas," terang Solahudin.

Kompas TV Rangkaian teror bom yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia membuat desakan penyelesaian Undang-Undang Antiterorisme semakin menguat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com