JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo menyoroti pemberitaan media terkait peristiwa terorisme yang terjadi belakangan ini. Termasuk pola peliputan wartawan di lapangan.
Yosep mengimbau dan menekankan para jurnalis untuk mengikuti pedoman peliputan terorisme. Salah satunya adalah tidak berkerumun di dekat lokasi terjadinya teror.
Imbauan ini, kata dia, bukan hanya untuk jurnalis yang tengah meliput, namun juga masyarakat.
"Orang Indonesia itu kan senangnya berkerumun. Mau lihat ada apa," kata Yosef dalam diskusi di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Baca juga: Jurnalis TVOne dan MNC Terluka dalam Serangan di Mapolda Riau
Yosep berkaca dari teror bom di Jalan M.H. Thamrin pada 2016. Pada saat itu, jurnalis dan masyarakat berkerumun di sekitar lokasi ledakan.
Kondisi ini membuat keselamatan jurnalis jadi lebih berisiko. Di samping itu, tugas aparat kepolisian pun menjadi bertambah.
Selain menangkis aksi teror dan menjaga keamanan di sekitar lokasi, aparat juga mesti melindungi masyarakat dan jurnalis yang berdiam dekat dengan titik ledakan.
Oleh karena itu, Dewan Pers mengimbau para jurnalis menjaga jarak dari titik kejadian teror.
Dengan demikian, aparat dapat optimal bekerja tanpa terganggu adanya kerumunan.
"Kalau mau live report (reportase langsung), boleh saja live report tapi dari long angle (jarak jauh), bisa pakai (lensa) tele," ungkap Yosef.
Menurut dia, pengambilan jarak ini tentunya untuk melindungi tempat kejadian perkara. Selain itu, imbuh Yosef, ini juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya serangan susulan dari pelaku teror karena ada kerumunan.