Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Bom Surabaya Terorganisasi dengan Baik

Kompas.com - 13/05/2018, 15:49 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat terorisme dari The Community Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menduga kuat serangan bom di tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018) pagi, terorganisasi dengan baik. 

"Aksi teror ini terlihat terorganisasi dengan baik, dilakukan dengan melibatkan kelompok atau banyak individu dan direncanakan sejak jauh hari," ujar Harits kepada Kompas.com, Minggu siang. 

Indikatornya  antara lain muncul teori bahwa serangan bom kali ini berkaitan dengan kerusuhan narapidana kasus terorisme di Markas Korps Brimob Polri Kelapa Dua, Depok, Selasa (8/5/2018) malam lalu. 

Namun, apabila melihat tempat kejadian perkara, aksi pengeboman itu tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat (beberapa hari saja). Butuh sejumlah persiapan yang rinci dan teliti. 

"Butuh perakitan bom dengan cermat, butuh orang yang punya kemampuan untuk merakit bom, termasuk penyiapan bahan baku bom. Belum lagi kesiapan calon 'pengantinnya'. Semua butuh waktu yang cukup dan terencana dengan baik," ujar Harits. 

"Aksi bom bunuh diri ini diduga sudah diplot jauh-jauh hari. Cuma tinggal menunggu momentum saja. Artinya, rusuh di Mako Brimob hanya menjadi sesuatu yang 'menggairahkan' kelompok teror ini," lanjut dia. 

Secara psikologis, kerusuhan para narapidana kasus terorisme di rumah tahanan Mako Brimob adalah momentum yang tepat untuk melancarkan serangan. Apalagi, dalam kerusuhan itu, personel Polri banyak yang meninggal. 

"Biasanya mereka (pelaku teror) ini paham. Ketika ada korban dari pihak kepolisian, maka dampaknya ke kelompok mereka yang masih ada di luar akan jadi target penangkapan, bahkan sampai berisiko kematian di tangan Densus 88," ujar Harits. 

Dalam kondisi demikian, pelaku teror pun terdorong melakukan penyerangan. Apalagi, jika persiapan sudah dilaksanakan sebelumnya. 

Harits yakin Polri mampu mengungkap kasus ini dan mampu menguak dalang di balik serangan bom ini. Sebab, banyak "jejak" yang ditinggalkan pelaku di tempat kejadian perkara. Semisal motor dan mobil. 

"Dari sana bisa ditelusuri untuk menemukan siapa sebenarnya pelaku dan juga akhirnya bisa diungkap otak di balik serangan bom bunuh diri tersebut," ujar Harits. 

Sebelumnya, ledakan bom terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat di Jalan Arjuna.

Ledakan pertama terjadi di Gereja Maria Tak Tercela, yaitu pada sekitar pukul 07.30 WIB. Adapun dua ledakan lain berjeda masing-masing 5 menit setelah ledakan pertama.

Polisi mencatat, 10 orang meninggal dunia atas peristiwa itu. Sementara 41 orang lainnya mengalami luka-luka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 28 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasional
PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

Nasional
Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com