JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid mencoba meluruskan pernyataan Presiden PKS Sohibul Iman terkait ultimatum terhadap Partai Gerindra soal cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Menurut Hidayat, PKS tak pernah mengultimatum apalagi mendikte Partai Gerindra.
"Bukan ultimatum juga bukan mendikte, tapi itu aspirasi. Wajar saja saling disampaikan. Karena Gerindra punya sikap politik kami juga paham. PKS juga punya sikap politik, yang penting dipahami oleh semuanya," kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (4/5/2018).
Namun demikian, Hidayat menyatakan pernyataan Sohibul tersebut wajar karena itu bagian dari upaya memperjelas koalisi dengan Gerindra.
Baca juga : Gerindra dan PKS Resmikan Sekretariat Bersama Pemenangan Prabowo
Sebab, Gerindra tak memiliki cukup kursi untuk mengusung capres sendirian sehingga harus mengakomodasi masukan dari PKS.
Salah satu masukan dari PKS yakni sembilan kader yang disodorkan kepada Gerindra untuk dipilih menjadi cawapres pendamping Prabowo.
"Kami perlu saling mendengar dan PKS sudah menyampaikan pendapatnya. Nanti bagaimana keputusannya ya kami rapat bersama. Jadi itu sama sekali bukan ultimatum, juga bukan mendikte," ucap Hidayat.
Ia pun meminta Gerindra segera memutuskan cawapres pendamping Prabowo karena peta politik sudah jelas.
"Tuntaskan siapa capres dan cawapresnya dari masing-masing. Cawapres Pak Prabowo siapa, Jokowi siapa. Sudah jelas kok petanya. Mau diulur-ulur sampai kapan?" lanjut Hidayat.
Baca juga : Sohibul Sebut Sembilan Cawapres PKS Sedang Dibahas Gerindra
Sohibul sebelumnya meminta Gerindra segera memilih satu dari sembilan nama kader yang disodorkan sebagai cawapres pendamping Prabowo.
Ia memberi tenggat waktu sebelum puasa kepada Gerindra agar segera memilih cawapres dari PKS.