Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istri Munir dan Pegiat HAM Kembali Kirim Surat Terbuka untuk Jokowi

Kompas.com - 26/04/2018, 17:49 WIB
Moh Nadlir,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Istri dari mendiang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib, Suciwati bersama kelompok pegiat HAM lain mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo.

Surat tertanggal 26 April 2018 tersebut berisi desakan kepada Jokowi untuk mengungkapkan keberadaan dokumen laporan hasil penyelidikan Tim Pencari Fakta (TPF) kasus meninggalnya Munir.

Surat juga berisi desakan kepada Jokowi untuk mengumumkan hasil penyelidikan kasus kejahatan terhadap aktivis HAM tersebut kepada masyarakat.

"Kami mengingatkan Bapak Presiden, ini adalah desakan yang kesekian kali," kata Suciwati di Kantor Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Jakarta, Kamis (26/4/2018).

 

(Baca juga: Idealisme Munir dan Ironi Kematian di Pesawat Garuda...)

Suciwati menegaskan, dirinya dengan kelompok pegiat HAM lainnya tidak akan berhenti mendesak dan melakukan berbagai upaya meminta pertanggungjawaban Jokowi sebagai kepala negara.

Menurut Suciwati, ketidakjelasan keberadaan dokumen kematian Munir adalah bentuk kelalaian serius pemerintahan dalam menjamin keamanan dokumen atau arsip penting negara.

"Sikap Bapak Presiden yang tidak juga mengumumkan hasil dokumen tersebut adalah bentuk pembangkangan hukum sekaligus sebagai upaya menghalangi halangi pemenuhan keadilan," kata Suciwati.

Padahal, kata dia, Jokowi punya kewajiban untuk mengumumkan hasil penyelidikan kasus kematian Munir. Kewajiban ini sebagaimana Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 2004 yang mengatur pembentukan TPF kasus meninggalnya Munir.

(Baca juga: Jaksa Agung Anggap Kasus Pembunuhan Munir Bukan Wilayah Kejaksaan)

Sejumlah korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) menggelar aksi solidaritas untuk aktivis pejuang HAM, Munir (almarhum), di Kantor Komisi Nasional (Komnas) HAM, Jakarta, Selasa (23/11). Mereka meminta Komnas HAM untuk segera membentuk tim penyelidik independen guna mengusut kematian Munir.KOMPAS/M Yuniadhi Agung Sejumlah korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) menggelar aksi solidaritas untuk aktivis pejuang HAM, Munir (almarhum), di Kantor Komisi Nasional (Komnas) HAM, Jakarta, Selasa (23/11). Mereka meminta Komnas HAM untuk segera membentuk tim penyelidik independen guna mengusut kematian Munir.
Suciwati pun mengingatkan kembali upaya yang dilakukan Jokowi pada Oktober 2016 lalu. Saat itu Jokowi memerintahkan Jaksa Agung untuk mencari keberadaan dokumen laporan tersebut.

Namun, hingga saat ini Suciwati dan kelompok pegiat HAM serta masyarakat lain tak juga mendapatkan kepastian di mana dokumen laporan hasil TPF kematian Munir itu berada.

"Wibawa hukum dan pemerintahan Bapak Presiden sangat memalukan. Negara yang dilengkapi dengan berbagai perangkatnya membiarkan dokumen yang tidak diketahui keberadaannya dan mungkin saja hilang," kata Suciwati.

Suciwati juga mengaku curiga bahwa ketidakmampuan otoritas negara menemukan dokumen tersebut hanya alasan bagi Jokowi untuk tidak mengumumkan hasil penyelidikan kasus kematian Munir.

(Baca juga: Pemerintah Dianggap Tak Punya Keinginan Selesaikan Kasus Munir)

Suciwati, istri Munir, saat membacakan surat yang ia tulis untuk Presiden Joko Widodo di Aksi Kamisan ke 505, di Seberang Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (9/7/2017).KOMPAS.com/Kristian Erdianto Suciwati, istri Munir, saat membacakan surat yang ia tulis untuk Presiden Joko Widodo di Aksi Kamisan ke 505, di Seberang Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (9/7/2017).
Apalagi, pada 26 Oktober 2016 lalu juga salinan naskah dokumen hasil penyelidikan TPF Munir telah dikirimkan ke Istana Negara.

"Seharusnya tidak lagi ada alasan bagi Presiden untuk mengelak, menunda atau mangkir, guna menjelaskan keberadaan dokumen TPF tersebut dan mengumumkannya kepada masyarakat," kata Suciwati.

Suciwati juga menambahkan, selama kurang lebih 12 tahun dirinya dirugikan. Ini akibat ketidakpastian hukum, karena tidak adanya tindak lanjut dalam mengusut konspirasi kematian Munir.

Karena itu, melalui surat terbuka tersebut, ia bersama dengan kelompok pegiat HAM lainnya mendesak Jokowi untuk mengungkapkan keberadaan dokumen hasil penyelidikan TPF Munir serta mengumumkannya kepada publik.

Kompas TV Titik terang keberadaan dokumen penyelidikan tim pencari fakta kasus Munir kembali meredup. Pengungkapan kasus pembunuhan aktivitas HAM munir pun kembali gelap. Lalu bagaimana menguak gelapnya kasus Munir ini? Kami membahasnya bersama aktivis HAM, Hariz Azhar, serta pakar hukum Universiats Idonesia Teuku Nasrullah dan isteri almarhum Munir, Suciwati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com