JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Koordinator Bidang Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo menyambut baik opsi duet Presiden Jokowi dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
Hal itu disampaikan Bamsoet, sapaannya, menanggapi survei Litbang Kompas dimana elektabilitas Prabowo berada di posisi kedua dalam survei cawapres pendamping Jokowi.
"Kan saya dari awal sudah bilang dari beberapa bulan yang lalu kalau Pak JK (Jusuf Kalla) enggak bisa yang paling ideal untuk me-minimize perpecahan bangsa. Tak ada lagi isu SARA. Tak ada isu yang sedang berkembang akhir-akhir ini, ya mengandeng Pak Prabowo," kata Bamsoet di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (24/4/2018).
(Baca juga: Survei Kompas: Pemilih Jokowi Terbelah Tanggapi Duet Jokowi-Prabowo)
Dengan demikian, begitu terpilih, Jokowi dan Prabowo bisa langsung bekerja meneruskan program kerja yang bermanfaat bagi masyarakat.
Namun, Bamsoet melanjutkan, Golkar menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi dan Prabowo untuk menentukan hal tersebut.
"Itu yang ideal itu (Jokowi-Prabowo), semua berpulang pada Pak Prabowo dan partainya dan kebetulan pada Pak Jokowi ke depan. Kami di internal Partai Golkar termasuk juga Ketua Umum kami, menyerahkan sepenuhnya pada Pak Jokowi," lanjut dia.
Survei Litbang Kompas menunjukkan, tokoh kedua yang paling banyak dipilih responden sebagai cawapres Jokowi adalah bekas rivalnya di Pilpres 2014, Prabowo Subianto. Ketua Umum Partai Gerindra itu dipilih 8,8 persen responden.
(Baca juga: Survei Kompas: Gatot dan Anies Teratas Jadi Cawapres bagi Prabowo)
Prabowo berada di urutan kedua di bawah Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan elektabilitas 15,7 persen.
Sejauh ini, Prabowo sebenarnya sudah menyatakan kesiapannya kembali maju sebagai capres. Namun, ada juga kabar bahwa pihak Jokowi dan Prabowo masih menjajaki kemungkinan berduet bersama.
"Kombinasi Jokowi-Prabowo merupakan pilihan unik, suatu peleburan dikotomi. Pertimbangannya tidak hanya sekadar tingginya peluang kemenangan. Kombinasi Jokowi-Prabowo juga dipandang berpotensi mengeliminasikan persaingan kedua sosok itu," kata peneliti Litbang Kompas, Bestian Nainggolan.