Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadli Zon: Ada Upaya Penggiringan Opini agar Prabowo Tak Jadi Capres 2019

Kompas.com - 23/04/2018, 17:39 WIB
Kristian Erdianto,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Umum Partai Gerinda Fadli Zon menilai belakangan ini muncul berbagai upaya atau penggiringan opini yang bertujuan agar ketua umumnya, Prabowo Subianto, tidak maju sebagai calon presiden pada pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

Menurut Fadli, sejumlah opini yang brrkembang menginginkan Prabowo atau Partai Gerindra mengajukan pasangan calon lain atau sebagai "king maker". Mengingat, beberapa hasil lembaga survei menunjukkan elektabilitas Prabowo berada di bawah Presiden Joko Widodo.

"Kami di Gerindra menginginkan Pak Prabowo, yang saya jadi heran kok berusaha supaya tidak Pak Prabowo? Ini ada upaya penggiringan opini supaya Pak Prabowo jadi king maker, supaya Pak Prabowo jadi cawapres," ujar Fadli saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (23/4/2018).

"Ini menurut saya agenda setting-nya semacam ini tidak sehat bagi demokrasi kita," ucap politisi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPR itu.

Baca juga : Survei Kompas: Jokowi 55,9 Persen, Prabowo 14,1 Persen

Fadli pun membantah adanya pembicaraan terkait tiga opsi saat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno bertemu dengan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy pada Kamis (19/4/2018).

Ia memastikan Sandiaga tidak menawarkan Prabowo untuk menjadi cawapres pendamping Presiden Jokowi.

Selain itu, Fadli menegaskan bahwa Partai Gerindra telah satu suara dalam mengusung Prabowo sebagai capres.

"Saya tanya kepada Pak Sandiaga Uno, tidak ada itu (pembasan tiga opsi). Saya dua malam lalu bertemu dengan Pak Sandi, tidak ada pokoknya. Enggak ada, Pak Prabowo tidak pernah ada opsi di luar menjadi capres," kata Fadli.

Baca juga : Deklarasi Maju Pilpres 2019, Anis Matta Ingin Duet dengan Prabowo

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan Arsul Sani menyatakan, pertemuan Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy dengan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno untuk membahas tiga opsi pada Pemilihan Presiden 2019.

Ketiga opsi Pilpres 2019 itu adalah pertarungan ulang atau rematch Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, ditunjuknya sosok lain oleh Prabowo sebagai calon presiden (capres) dari Partai Gerindra, dan bersatunya Jokowi dengan Prabowo.

"Yang bisa saya sampaikan bahwa dari pertemuan tadi malam itu, semua opsi yang ada, baik terkait Prabowo maupun Jokowi, masih terbuka bagi kami. Opsi yang ada itu," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (20/4/2018).

Arsul menambahkan, sebagai Ketua Tim Sukses Pemenangan Partai Gerindra pada Pilpres 2019, wajar jika Sandiaga diutus Prabowo bertemu Romahurmuziy untuk membicarakan tiga opsi tersebut.

Kompas TV Partai Keadilan Sejahtera mendesak agar deklarasi pencapresan Prabowo Subianto beserta calon wakilnya segera dilakukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

KPK Akan Ladeni Argumen Eks Karutan yang Singgung Kemenangan Praperadilan Eddy Hiariej

KPK Akan Ladeni Argumen Eks Karutan yang Singgung Kemenangan Praperadilan Eddy Hiariej

Nasional
Menlu Retno Beri Penjelasan soal Tekanan agar Indonesia Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menlu Retno Beri Penjelasan soal Tekanan agar Indonesia Normalisasi Hubungan dengan Israel

Nasional
'One Way', 'Contraflow', dan Ganjil Genap di Tol Trans Jawa Sudah Ditiadakan

"One Way", "Contraflow", dan Ganjil Genap di Tol Trans Jawa Sudah Ditiadakan

Nasional
Kakorlantas Minta Maaf jika Ada Antrean dan Keterlambatan Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Kakorlantas Minta Maaf jika Ada Antrean dan Keterlambatan Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Nasional
KPK Sebut Tak Wajar Lonjakan Nilai LHKPN Bupati Manggarai Jadi Rp 29 Miliar dalam Setahun

KPK Sebut Tak Wajar Lonjakan Nilai LHKPN Bupati Manggarai Jadi Rp 29 Miliar dalam Setahun

Nasional
Serahkan Kesimpulan ke MK, KPU Bawa Bukti Tambahan Formulir Kejadian Khusus Se-Indonesia

Serahkan Kesimpulan ke MK, KPU Bawa Bukti Tambahan Formulir Kejadian Khusus Se-Indonesia

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Serahkan 35 Bukti Tambahan ke MK

Tim Hukum Anies-Muhaimin Serahkan 35 Bukti Tambahan ke MK

Nasional
PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

Nasional
Hasto Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Bukan untuk Intervensi MK

Hasto Sebut "Amicus Curiae" Megawati Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Iran Serang Israel, Jokowi Minta Menlu Retno Upayakan Diplomasi Tekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Iran Serang Israel, Jokowi Minta Menlu Retno Upayakan Diplomasi Tekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Nasional
Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI Pastikan Akan Ada Intervensi

Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI Pastikan Akan Ada Intervensi

Nasional
PDI-P Dukung PPP Lakukan Komunikasi Politik supaya 'Survive'

PDI-P Dukung PPP Lakukan Komunikasi Politik supaya "Survive"

Nasional
PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PAN: Jangan Cuma Bicara, tapi Akui Kemenangan 02

PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PAN: Jangan Cuma Bicara, tapi Akui Kemenangan 02

Nasional
Kesimpulan Tim Ganjar-Mahfud: Jokowi Lakukan Nepotisme dalam 3 Skema

Kesimpulan Tim Ganjar-Mahfud: Jokowi Lakukan Nepotisme dalam 3 Skema

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com