Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Politisi PDI-P Sebut Jokowi dan Prabowo Bisa Bersatu, Asalkan...

Kompas.com - 20/04/2018, 23:34 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait mengatakan, Jokowo dan Prabowo memiliki kekuatan yang sama-sama besar. Baik kekuatan di basis pendukung maupun partai yang mendorong mereka.

Jika disatukan sebagai pasangan dalam Pemilihan Presiden 2019, ia memastikan pasangan tersebut akan menang telak mengalahkan calon lainnya. 

"Realita politik sekarang memang Jokowi dan Prabowo kok. Itu fakta dari berbagai data, dari survei yang ada, selalu ada dua nama itu," ujar Maruarar di Universitas Indonesia, Jakarta, Jumat (2/4/2018).

Jokowi dan Prabowo juga dianggap negarawan sejati. Maruarar mengatakan, keduanya bisa menempatkan diri kapan harus bertarung dan kapan harus bersatu. Misalnya, kata dia, saat Jokowi baru diumumkan sebagai presiden terpilih, ia menemui Prabowo.

Kedatangannya diterima dengan baik oleh mantan Danjen Kopassus itu. Oleh karena itu, Maruarar menganggap kekuatan politik riil ada di tangan Jokowi dan Prabowo.

Baca juga : Sandiaga Bantah Bahas Bersatunya Jokowi-Prabowo Saat Bertemu Ketum PPP

"Hari ini bandul politik Indonesia ada di dua orang itu. Sudah tidak ada lagi yang lain. Dan mereka pasti akan jadi pemimpin yang sangat kuat," kata Maruarar.

Maruarar berharap dalam.waktu dekat ada komunikasi yang dibangun Jokowi dengan Prabowo untuk silaturahim, mendekatkan diri. Begitu pula dengan partai-partai yamg selama.inj berseberangan dengan pemerintah, seperti Partai Gerindra dan PKS.

"Mudah-mudaban dalam waktu dekat bisa ngobrol dengan Prabowo sebagai tokoh bangsa," kata dia.

Baca juga : Gerindra: Jokowi Pernah Tawari Prabowo Jadi Cawapres, Langsung Ditolak

Meski begitu, kata Maruarar, kekuatan besar dan elektabilitas tak selamanya menjadi alasan utama mencari cawapres. Kenyamanan juga menjadi hal lain yang penting.

Maruarar mencontohkan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu memilih mantan Gubernur Bank Indonesia Boediono sebagai wakil presidennya. Secara elektabilitas, mungkin Boediono kurang. Namun, mungkin ada kecocokan SBY dengan Boediono sehingga mereka berpasangan memimpin Indonesia.

Hal yang sama, kata Maruarar, pasti akan dipertimbangkan Jokowi dalam memilih calon wakilnya.

"Masalahnya mereka mau tidak? Bisa cocok kerjasama tidak? Kalau merekanya mau, partai-partai pendukungnya mau tidak?" kata dia.

Kompas TV Simak dialognya dalam Sapa Indonesia Pagi berikut ini!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

Nasional
Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Nasional
Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Nasional
Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Nasional
PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

Nasional
Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Nasional
Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com