JAKARTA, KOMPAS.com — Media sosial tampak diramaikan oleh foto dan video Presiden Joko Widodo yang berkelana dengan motor Chopper keemasannya.
Ia bersama sejumlah komunitas motor melakukan konvoi dari kantor Kecamatan Bantar Gadung hingga Pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/4/2018) silam.
Baru-baru ini, video Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sedang diarak dengan telanjang dada meramaikan dunia maya. Dalam video itu tampak Prabowo diarak sejumlah kader sembari diiringi teriakan dan lagu "Sajojo".
Momen tersebut terjadi setelah Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Gerindra di rumah Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/4/2018) malam.
(Baca juga: Beredar Video Prabowo Diarak Usai Rakornas, Ini Penjelasan Gerindra)
Kedua foto dan video dari Jokowi dan Prabowo itu mengundang reaksi dari warganet. Ada pihak yang menyampaikan komentar negatif, sementara sebagian lainnya memberikan komentar yang positif.
Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani menganggap kedua momen tersebut menunjukkan sisi manusiawi dari Jokowi dan Prabowo. Ia menegaskan, publik tak perlu menyebarkan foto dan video keduanya dengan komentar yang mengarah pada ujaran kebencian.
"Mereka yang memanfaatkan momen-momen seperti itu untuk membangun sterotype negatif," ujar Arsul dalam pesan singkat, Kamis (12/4/2018).
Arsul mengimbau agar publik menunjukkan dirinya mampu bersikap matang dalam berpolitik. Ia pun menyarankan masyarakat untuk memberikan respons positif atas sisi unik dari Jokowi dan Prabowo.
"Meminta agar para warganet yang berpikir sehat untuk bersama memberikan komentar yang berbasis sisi-sisi manusiawi," katanya.
Warganet juga diminta untuk tidak terpengaruh oleh unggahan foto dan video tersebut yang disebarkan oleh kelompok penyebar kebencian.
"Warganet untuk berhenti like atau retweet atau membagikan posting (dari) status kelompok ini (penyebar ujaran kebencian)," ujarnya.
(Baca juga: Gerindra Yakin Prabowo Tak Kesulitan Hadapi Jokowi pada Pilpres 2019)
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengungkapkan, momen itu merupakan tradisi yang biasa dilakukan dalam tradisi militer untuk menunjukkan solidaritas.
"Jadi, kan, begini, beliau (Prabowo) orang yang lama dalam tradisi militer. Dalam tradisi militer, seorang komandan itu untuk menunjukkan solidaritas kepada anak buah biasanya dipanggul, diangkat, dan untuk menunjukkan solidaritas ya seperti itu," ujar Muzani saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Selain itu, lanjut Muzani, dengan bertelanjang dada terbukti Prabowo dalam kondisi sehat dan siap untuk maju sebagai capres.
Secara terpisah, Ketua DPP Gerindra Nizar Zahro mengungkapkan, peristiwa itu terjadi karena antusiasme para kader. Para kader Partai Gerindra ingin memberikan penghargaan terhadap Prabowo.