JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menilai perebutan calon wakil presiden di koalisi pendukung Presiden Joko Widodo cenderung sengit. Sebab, koalisi pendukung Jokowi dihuni oleh banyak partai.
"Cawapres Jokowi itu paling sengit perebutannya, karena partai di situ banyak dan kemungkinan bisa deadlock," ujar Hamdi kepada Kompas.com, Kamis (12/4/2018).
(Baca juga: Gelar Munas Alim Ulama, PPP Bahas Cawapres Jokowi)
Menurut Hamdi, setiap partai koalisi pasti menginginkan kadernya masuk dalam pilihan kandidat cawapres Jokowi. Hamdi tak menutup kemungkinan setiap partai akan memiliki ego yang tinggi dalam penentuan cawapres Jokowi.
"Misalnya, yang paling gamang itu Cak Imin, dia kan udah pasang baliho dan sebagainya, ngotot lah jadi cawapres. Cuma kan, misal kalau Golkar enggak rela, atau dari Nasdem enggak rela, dan lain-lain. Akan ribut kira-kira," katanya.
Oleh karena itu, Hamdi menegaskan Jokowi berperan penting dalam menangani ego partai koalisi pendukungnya.
Daripada koalisi terbelah, Jokowi disarankan mencari calon pendamping non partai. Ia melihat Jokowi ingin fokus melanjutkan program-program kerjanya jika terpilih kembali.
(Baca juga: Banyak Jenderal di Belakang Jokowi, Moeldoko Sebut Bukan untuk Lawan Prabowo)
"Jokowi kan akan kerja habis-habisan, dia enggak peduli nanti di tahun 2024 siapa yang mencalonkan jadi presiden," kata dia.
Ia menganggap nama-nama seperti Sri Mulyani, Moeldoko, dan Mahfud MD bisa menjadi kandidat alternatif yang potensial, demi menunjang kinerja Jokowi.
"Ya bisa saja berpaling kepada sosok-sosok non partai, seperti Mahfud MD, Moeldoko atau Sri Mulyani yang aman. Jadi semua partai bisa enggak ada yang marah," katanya.