Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Cerita soal Sertifikat Tanah dengan Sisipan Foto Presiden

Kompas.com - 09/04/2018, 11:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

“Tidak benar tanah 80 persen dikuasai (rakyat), (tapi) 1 persen," kata Prabowo saat menyampaikan orasi di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Minggu (1/4/2018).

Ketegangan meninggi, tapi data soal penguasaan lahan tetap kabur.

Program AIMAN yang akan tayang Senin (9/4/2018) pukul 20.00, di Kompas TV, bergegas untuk mencari jawaban data yang sebenarnya. Bagaimana peta penguasaan lahan di Indonesia?

Episode yang akan tayang malam nanti berjudul “Tanah Indonesia, Punya Siapa?”

Penelusuran eksklusif AIMAN

Untuk mendapat data ini, saya bergegas mencari penerima sertifikat hasil pengurusan gratis yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan sejak tahun lalu.

Saya mendapat data, yang terbesar diberikan oleh Presiden ada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Belum pernah sebelumnya Presiden memberikan sertifikat gratis ini kepada 15 ribu warga. Ini diberikan pada 6 Maret 2018, di lapangan parkir sirkuit sentul, Bogor, Jawa Barat.

Tapi, tidak mudah untuk menemukan satu saja penerima sertifikat. Beberapa kali saya ditolak bertemu dengan penerima. Alasannya, mereka takut sertifikatnya akan ditarik kembali.

Padahal, tidak ada kaitan apapun antara wawancara saya dengan sertifikat yang menjadi hak penerima. Era Jokowi mempercepat pengurusan sertifikat tersebut.

Temuan eksklusif AIMAN

Akhirnya saya meniti dari kecamatan ke kecamatan, turun ke kelurahan, hingga saya mendapatkan data RW dan RT, sejumlah warga yang menerima sertifikat ini.  Syukurlah, saya akhirnya bisa ngobrol dengan warga Pakansari, Cibinong, Jawa Barat.

Ada yang menarik perhatian saya saat mereka menunjukkan sertifikat bersampul plastik yang diberikan oleh Presiden. Di belakang sertifikat itu, terdapat kertas foto persis seukuran sertifikat yang berisi pesan dan foto Presiden Jokowi.

Pesannya kurang lebih untuk menjaga agar sertifikat ini jangan sampai rusak. Ada juga pesan agar hati-hati jika mengutangkan atau menggadaikan sertifikat itu. Jangan sampai hilang atau lepas karena tergadai.

Tulisan pesan itu ukurannya kurang dari seperempat kertas. Sisanya adalah adalah gambar Presiden saat membagikan sertifikat tanah.

Adakah ini bentuk kampanye jelang 2019?  Entahlah.

Saya sempat bertanya, siapakah yang akan mereka pilih di pilpres nanti? Saya mengajukan sejumlah nama: Jokowi, Prabowo, dan Gatot Nurmantyo.

Mereka menjawab pasti: Jokowi. Salah seorang dari mereka mengubah pilihan mereka di Pilpres 2014.

Sertifikat dan Pilpres 2019

Saya menemui Menteri Agraria dan Tata Ruang, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Sofyan Djalil. Saya bertanya mengapa ada foto Presiden disisipkan dalam setiap buku sertifikat yang diberikan ke warga? Apakah ada unsur kampanye di tahun politik?

Menteri Agraria dan Tata Ruang atau Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil Arimbi Ramadhiani Menteri Agraria dan Tata Ruang atau Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil

 

Menteri Sofyan menjawab, foto Presiden adalah sesuatu yang wajar untuk mengingatkan para pemegang sertifikat soal hasil pengurusan gratis dan agar menjaga sertifikat miliknya.

Pemerintah menargetkan sampai dengan 2019 akan dibagikan 20 juta sertifikat. Menilik data Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2014, jumlah itu adalah sekitar 10 persen pemilih yang jumlahnya  mencapai 190 juta. Jangkauan 10 persen ini bisa melebar jika penerima sertifikat adalah kepala keluarga yang bisa mempengaruhi pilihan anggota keluarga.

Saya menanyakan data ini kepada Menteri Sofyan. Ia kembali menegaskan bahwa pemberian sertifikat yang dilakukan Jokowi tidak ada kaitannya dengan politik.

Data versi Menteri ATR

Soal data, Menteri Sofyan juga membantah pernyataan Amien Rais dan Prabowo,  termasuk databoks yang dipublikasikan Katadata yang menulis rasio gini lahan Indonesia dari tahun 1973 sampai 2013 di kisaran 60-70 persen. Data dan pernyataan itu menyebut bahwa 60-70 persen lahan di Indonesia dikuasai oleh 1 persen penduduk.

Menurut Sofyan, data tersebut tidak akurat. Sofyan tidak menyebut angka. Ia hanya mengatakan, sebagian besar lahan dikuasai oleh negara dan negara meminjamkan sebagian lahan kepada pihak ketiga untuk dimanfaatkan. Namun, ia menegaskan, status kepemilikan tetap milik negara.

Tidak ada rasio gini lahan, kata Sofyan Yang ada adalah kepemilikan lahan oleh petani Indonesia yang diakuinya memang masih kecil dibanding rata-rata lahan yang dimiliki petani di negara-negara ASEAN. Di Indonesia, rata-rata kepemilikan lahan oleh petani di bawah 1 hektar per petani.

Bagaimana pun, di negara demokrasi, kritik akurat dengan data yang tepat selalu dibutuhkan. Kritik memunculkan tanya dan meletupkan kontestasi informasi. Semuanya berujung pada transparansi. Teruslah mengkritik, karena negeri membutuhkan perbaikan yang tepat dari masyarakat!

Saya Aiman Witjaksono…

Salam!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com