JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Mulyono angkat bicara mengenai peningkatan aktivitas kelompok bersenjata di Papua.
Diketahui, kontak senjata antara kelompok bersenjata dengan TNI terjadi pada Minggu (1/4/2018) dan Senin (2/4/2018) lalu, di Tembagapura, Kabupaten Timika, Papua.
Peristiwa ini menewaskan seorang personel TNI. Kelompok bersenjata itu diduga kuat adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"OPM itu tidak ada apa-apanya. orang dia latihan juga enggak pernah kok," ujar Mulyono di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Baca juga : Kapolri Sebut Konflik di Papua Dipicu Faktor Ekonomi
Mulyono mengakui, insiden itu merupakan kesalahan TNI. Pasalnya, kampung yang menjadi lokasi kontak tembak itu sebelumnya dikuasai OPM, tetapi kemudian direbut oleh TNI.
Kesalahannya, kata Mulyono, setelah perebutan itu, TNI tidak ada lagi yang menetap di sana sehingga OPM dengan mudah masuk kembali membaur di tengah masyarakat setempat.
"Kalau dari awal sudah kita duduki, mungkin (kontak tembak) tidak akan terjadi lagi," ujar Mulyono.
Oleh karena itu, Mulyono telah memerintahkan Panglima Kodam XVII/Cenderawasih untuk mendirikan pos TNI di wilayah tersebut.
Baca juga : DPR, Kemhan, dan TNI Bahas Isu Terorisme hingga OPM Saat Rapat Kerja
Tidak hanya personel TNI, personel Polri juga akan ditempatkan di pos tersebut.
"Jadi itu nanti menjadi pemukiman warga lagi. Tapi harus ada pos kita bersama-sama Polri," lanjut Mulyono.
Pascakontak tembak OPM dengan TNI tersebut, Mulyono memastikan, personelnya sudah menguasai empat kampung di daerah Tembagapura.
Tiga di antaranya adalah Utikini, Banti 1 dan Banti 2. Di empat kampung itu, TNI dan Polri akan membangun pos gabungan supaya meminimalisasi pergerakan OPM.