DEPOK, KOMPAS.com - Direktur PT Aril Buana Wisata (Ananta Tour), Ariani Arifuddin mengatakan, pihaknya telah beberapa kali bekerja sama dengan First Travel untuk penyediaan katering dan nasi kotak untuk kedatangan dan kepulangan jemaah umrah.
Mulanya kontrak keduanya berjalan lancar untuk kerja sama 2011-2012 dan April-Mei 2016. Proses pembayaran invoice juga lancar.
"Kemudian kerja sama lanjut November 2016-Mei 2017," ujar Ariani saat bersaksi dalam sidang perkara First Travel di Pengadilan Negeri Depok, Senin (26/3/2018).
Dalam kontrak, tertera harga-harga yang haris dibayarkan. Untuk katering di Madinah, perorang setiap harinya dikenakan 33 riyal Arab Saudi. Sementara, biaya katering di Mekah seharga 34 riyal.
Untuk nasi box saat kepulangan seharga 26 riyal per orang. Ananta Tour juga menangani kedatangan jemaah dengan harga 20 riyal per orang dan kepulangan seharga 30 riyal per orang.
Namun, dalam kerja sama terakhir, First Travel belum membayar lunas kekurangannya bayar untuk katering.
"Masih ada sekitar 2,5 juta riyal. Sekitar Rp 9 miliar belum dibayar," kata Ariani.
(Baca juga: Sebelum 2017, First Travel Sudah Sering Telat Berangkatkan Jemaah)
Ariani telah menagih invoice sebelum Mei 2017. Ia membuat surat resmi untuk penagihan. Ia juga berupaya berkomunikasi langsung.
Tanggapan First Gravel saat itu, akan dibayarkan lunas secara dicicil. Tanggal-tanggal angsuran pun sudah dibuat. Namun, tagihan itu belum juga dilunasi hingga kini.
Kerugian juga dialami PT Moisani Manggala Wisata selaku vendor penyedia tiket pesawat. General Manager PT Moisani Manggala Wisata Robby Al Hakim Sutansyah mengatakan, perusahaannya merugi sekitar Rp 9,6 miliar.
Perusahaan tersebut menjalin kerja sama dengan First Travel sejak 2015. Robby merasa mulai ada hambatan pembayaran tagihan First Travel sejak akhir Desember 2016.
"Kami kontrak harusnya sampai April 2017. Ternyata sampai Januari awal kami putus. Saya tidak berangkatkan lagi," kata Robby.
Robby mengatakan, pihaknya sudah menombok ke pihak Lion Air untuk menutupi kekurangan dari First Travel. Untuk Desember 2016, semestinya ada tiga penerbangan dijadwalkan. Namun, karena pembayaran tersendat, dikurangi jadwal penerbangan menjadi dua, kemudian dikurangi lagi menjadi satu, hingga batal sama sekali.
"Awalnya total biaya Rp 28 miliar. Itu plus save payment. Tanpa save payment bayarnya Rp 18 miliar. Sudah dicicil hingga Rp 9,6 miliar yang belum," kata Robby.
(Baca juga: Mantan Karyawan Sebut Bos First Travel Beli Perusahaan dengan Nama Orang Lain)
Terkait vendor, sebelumnya, mantan pegawai bagian keuangan, Atika Adinda Putri, mengatakan belum semua tagihan untuk keperluan umrah dibayarkan First Travel.