JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjelaskan, sejak zaman kerajaan, Nusantara telah memiliki sejumlah pimpinan kerajaan dari kalangan perempuan, seperti Ratu Shima, Gayatri Rajapatni dan Dyah Kusumawardani.
Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki Malahayati, Martha Christina Tiahahu yang melakukan perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme di Indonesia.
"Kita juga punya kelompok gerakan, seperti Laskar Wanita Indonesia, Pasukan Srikandi, dan Prajurit Estri Mangkunegaran," ujar Prabowo saat berpidato di "Perempuan Pembawa Obor dan Pilar Harapan untuk Mencapai Tujuan Global 2030" di Hotel Millenium, Jakarta, Kamis (23/3/2018).
"Kita juga punya presiden perempuan, Megawati Soekarnoputri. Dan keterwakilan perempuan di parlemen mencapai 35 persen," kata Prabowo.
Contoh-contoh tersebut, kata dia, membuktikan bahwa perempuan Indonesia memiliki ketangguhan dalam membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
(Baca juga: SBY Puji Megawati sebagai Perempuan Sukses, Ini Respons PDI-P)
Prabowo berharap gerakan perempuan bisa diperkuat untuk memenuhi 17 poin suistainable development goals (SDGs), seperti mengakhiri kemiskinan, menjamin pendidikan inklusif, ketersediaan air bersih dan sanitasi, menangani perubahan iklim hingga menjamin keseteraan gender.
"Saya ingin mengatakan bahwa perempuan bisa membentuk gerakan bersama untuk bisa mencapai pemenuhan 17 SDGs," ujar dia.
Prabowo berharap negara bisa memberikan perhatiannya dengan baik kepada perempuan dan generasi muda. Sebab, masih ada kalangan perempuan dan anak-anak yang kebutuhan gizi, akses pendidikan, sandang dan papannya belum tercukupi.
"Ini kewajiban kita. Makanya semua pemimpin harus sadar akan hal itu," ucapnya.
Prabowo menilai, perbedaan dan keterbatasan latar belakang mereka seringkali tak menyurutkan kepedulian mereka terhadap masa depan Indonesia, khususnya memperjuangkan pemenuhan poin-poin SDGs.
"Karena gerakkan mereka itu menunjukkan keberanian mereka," kata Prabowo.