Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konten Hoaks Jadi Bisnis Menguntungkan di Dunia, Termasuk Indonesia

Kompas.com - 15/03/2018, 06:21 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi konten ujaran kebencian dan hoaks kini menjadi lahan bisnis baru untuk mendapatkan uang instan. Pendapatan yang diperoleh juga tidak sedikit.

Contoh saja, kelompok Saracen yang modusnya terungkap pada 2017 lalu. Mereka memasang harga Rp 70-an juta di proposal untuk menyebarkan konten-konten ujaran kebencian, hoaks, dan diskriminasi SARA lewat media sosial.

Direktur Informasi dan Komunikasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto pun mengakui bahwa produksi konten hoaks menjadi bisnis yang menggiurkan di dunia, termasuk Indonesia.

(Baca juga: Hasrat Berkuasa Dinilai Jadi Pendorong Merebaknya Hoaks di Tahun Politik)

 

Wawan mengatakan, salah satu wartawan Washington Post pernah mewawancarai salah satu produsen konten hoaks.

"Pembuat berita palsu di Facebook Paul Horner mengaku mendapatkan penghasilan 10.000 dollar AS perbulan atau sekitar Rp 135 juta," ujar Wawan dalam diskusi di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Sementara di Indonesia, selain Saracen, ada pula portal berita yang diketahui memproduksi pesanan konten hoaks. Media tersebut adalah Pos Metro dan Nusanews.

Wawan mengatakan, menurut LSM Masyarakat Anti-hoaks, situs-situs tersebut bisa memperoleh keuntungan Rp 600 hingga Rp 700 juta pertahun.

Mereka bisa begitu laku karena warganet juga menggemari konten-konten tersebut, tanpa peduli apakah itu berita benar atau tidak.

"Pemberitaan yang salah seringkali menampilkan judul yang mengunggah emosi. Sehingga menarik minat pembacanya," kata Wawan.

Masifnya penyebaran hoaks di media sosial mempengaruhi tindakan dari rasa percaya pada berita yang tidak benar.

Menurut Wawan, fakta tidak begitu mempengaruhi opini publik ketimbang emosi dan keyakinan personal. Artinya, penyebar hoaks punya pengaruh lebih besar dari fakta sebenarnya.

(Baca juga: Generasi Milenial Dianggap Paling Rentan Dipengaruhi Hoaks)

 

"Jika terus dimunculkan, maka berita hoaks bisa dianggap benar," kata Wawan.

 

Pembuktian sulit

Sementara itu, wartawan senior Budiarto Shambazy, menyebut bahwa penyebar konten hoaks di Amerika Serikat juga ditindak secara hukum. Namun, pembuktiannya sangat sulit.

Saat ini, di sana, ada penuntutan terhadap 13 warga negara Rusia serta entitas perusahaan Rusia di AS. Mereka merupakan operator yang kerjanya setiap hari memprodukai hoaks.

Halaman:


Terkini Lainnya

KPK Akan Ladeni Argumen Eks Karutan yang Singgung Kemenangan Praperadilan Eddy Hiariej

KPK Akan Ladeni Argumen Eks Karutan yang Singgung Kemenangan Praperadilan Eddy Hiariej

Nasional
Menlu Retno Beri Penjelasan soal Tekanan agar Indonesia Normalisasi Hubungan dengan Israel

Menlu Retno Beri Penjelasan soal Tekanan agar Indonesia Normalisasi Hubungan dengan Israel

Nasional
'One Way', 'Contraflow', dan Ganjil Genap di Tol Trans Jawa Sudah Ditiadakan

"One Way", "Contraflow", dan Ganjil Genap di Tol Trans Jawa Sudah Ditiadakan

Nasional
Kakorlantas Minta Maaf jika Ada Antrean dan Keterlambatan Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Kakorlantas Minta Maaf jika Ada Antrean dan Keterlambatan Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024

Nasional
KPK Sebut Tak Wajar Lonjakan Nilai LHKPN Bupati Manggarai Jadi Rp 29 Miliar dalam Setahun

KPK Sebut Tak Wajar Lonjakan Nilai LHKPN Bupati Manggarai Jadi Rp 29 Miliar dalam Setahun

Nasional
Serahkan Kesimpulan ke MK, KPU Bawa Bukti Tambahan Formulir Kejadian Khusus Se-Indonesia

Serahkan Kesimpulan ke MK, KPU Bawa Bukti Tambahan Formulir Kejadian Khusus Se-Indonesia

Nasional
Tim Hukum Anies-Muhaimin Serahkan 35 Bukti Tambahan ke MK

Tim Hukum Anies-Muhaimin Serahkan 35 Bukti Tambahan ke MK

Nasional
PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

Nasional
Hasto Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Bukan untuk Intervensi MK

Hasto Sebut "Amicus Curiae" Megawati Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Iran Serang Israel, Jokowi Minta Menlu Retno Upayakan Diplomasi Tekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Iran Serang Israel, Jokowi Minta Menlu Retno Upayakan Diplomasi Tekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Nasional
Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI Pastikan Akan Ada Intervensi

Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI Pastikan Akan Ada Intervensi

Nasional
PDI-P Dukung PPP Lakukan Komunikasi Politik supaya 'Survive'

PDI-P Dukung PPP Lakukan Komunikasi Politik supaya "Survive"

Nasional
PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PAN: Jangan Cuma Bicara, tapi Akui Kemenangan 02

PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PAN: Jangan Cuma Bicara, tapi Akui Kemenangan 02

Nasional
Kesimpulan Tim Ganjar-Mahfud: Jokowi Lakukan Nepotisme dalam 3 Skema

Kesimpulan Tim Ganjar-Mahfud: Jokowi Lakukan Nepotisme dalam 3 Skema

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com