JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siradj menceritakan pandangannya tentang sosok figur Joko Widodo.
Bambang melihat bahwa Jokowi merupakan sosok yang penuh dengan kesederhanaan. Dengan demikian, Jokowi patut dijadikan sebagai teladan dalam kepemimpinan.
"Bicara soal komunikasi politik Jokowi. Pak Jokowi enggak banyak kata, hanya ajak orang lihat-lihat, selesai," kata Bambang dalam sambutannya di peluncuran buku Komunikasi Politik Jokowi karya Andi Budi Sulistijanto di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (9/3/2018).
Bambang juga mengungkapkan kerasnya serangan kebencian terhadap Jokowi ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sempat dihalangi oleh Pasukan Pengamanan Presiden saat ingin turun mendampingi Jokowi menjelang penyerahan Piala Presiden 2018 kepada Persija, Sabtu (17/2/2018).
Namun demikian, kata Bambang, Jokowi mampu meredam ujaran kebencian tersebut dengan komunikasi non verbalnya. Ini diperlihatkan saat Jokowi mengajak Anies Baswedan ke mobil kepresidenan saat meninjau Wisma Atlet Kemayoran ke Kawasan Senayan beberapa waktu lalu.
"Pak Jokowi enggak pakai argumentasi banyak-banyak, dia ajak Pak Anies satu mobil selesai. Inilah cara-cara komunikasi politik yang efektif," kata dia.
(Baca juga: Jokowi: Tanpa Musik Terasa Hambar...)
Bambang menilai gaya komunikasi politik Jokowi cenderung halus dan santun tanpa harus menyakiti dan menyudutkan orang atau beradu argumentasi. Kemampuan itulah yang membuat Jokowi juga tidak perlu menyanggah atau menjawab tudingan politik yang menyerangnya.
"Ini menjadi bukti bahwa kita sebagai pemimpin harus jadi diri kita, tidak boleh jadi orang lain," ujar politisi Partai Golkar itu.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua PBNU Said Aqil Siradj. Said melihat Jokowi merupakan sosok yang memiliki intuisi kuat. Jokowi dinilai berani memperjuangkan kebenaran dan berani menolak penyimpangan.
"Pak Jokowi memberikan teladan semaksimal mungkin. Beliau seorang pemimpin yang juga seorang Muslim yang percaya dengan agamanya," kata Said.
Menurut Said Aqil, Jokowi mencerminkan sosok pemimpin yang mampu mewujudkan karakter bangsa Indonesia, yakni nasionalisme yang menyatu dengan agama. Hal ini sesuai dengan semangat NU, bahwa nasionalisme adalah sebagian dari iman manusia.
"Itu yang terwakili dari Pak Jokowi, pemimpin Muslim beriman dan nasionalis, santun, ramah fleksibel, luwes, dan tidak ada rekayasa," ucapnya.
Said juga mengakui bahwa sosok Jokowi merupakan sosok yang nekat dalam bertindak. Ia mencontohkan aksi Jokowi memutuskan menghadiri shalat Jumat di Monas pada aksi 212 dan juga melakukan kunjungan ke Afghanistan.
"Pak Jokowi juga nekat ke Afghanistan padahal baru ada bom meledak. Saya yakin yang jadi pertimbangan bukan logika, tapi intuisinya," ujar Said.