JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, Indonesia termasuk negara yang beruntung karena masih utuh setelah merdeka 72 tahun. Ia membandingkan dengan negara Uni Soviet dan Yugoslavia yang runtuh akibat fondasi bangsanya tidak kokoh.
Namun, Tito tak menutup kemungkinan Indonesia akan mengalami hal yang sama ke depan jika tidak mempertahankan upaya persatuan bangsa.
"Ada potensi negara kita pecah? Jawaban saya, bukan sebagai Kapolri ya, pribadi saya, potensi iya bisa terjadi terpecah. Bisa dari dalam internal bisa dari eksternal," kata Tito saat menghadiri acara Tarbiyah PERTI di Jakarta, Sabtu (3/3/2018).
"Kita jangan mikir tidak mungkin. Kita harus mikir the worst scenario," kata dia.
Secara internal, hal yang berpotensi membuat bangsa bisa pecah adalah kelas ekonomi menengah yang masih minoritas. Ia membandingan dengan Singapura yang sebagian besar masyarakatnya merupakan kalangan menengah. Tingkat penganggurannya sangat sedikit, hampir nol persen.
"Mereka yang terdidik, terlatih, dan cukup dari segi ekonomi. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu berpikir rasional daripada emosional," kata Tito.
Sementara Indonesia, kata Tito, belum mampu mendorong kelas menengah menjadi mayoritas. Masih sedikit masyarakat yang secara ekonomi berkecukupan dan mendapat pendidikan baik. Hal tersebut menimbulkan ketimpangan sosial yang bisa memicu ketidakpuasan masyarakat.
Menurut Toto, masyarakat Indonesia masih dominan dipengaruhi emosi ketimbang rasio dalam bertindak
"Makanya mungkin terjadi konflik vertikal dan horizontal, baik sesama kalangan maupun kepada pemerintah," kata Tito.
Karena itu, Tito menegaskan potensi itu patut diwaspadai. Ia mendorong masyarakat untuk mengangkat dan mendukung pembangunan nasional agar jumlah kelas menengah menjadi besar.
Sementara faktor eksternal yang dapat memecah belah bangsa yakni situasi global. Tito mengatakan, kompetensi sesungguhnya antar negara adalah dari aspek ekonomi.
"Tidak ada presiden dunia. Siapa kuat, dia menang. Jadi pertarungannya ekonomi, bangsa satu mencoba memengaruhi bangsa lainnya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.