Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindikat The Family MCA Bukti Minimnya Pengetahuan Masyarakat soal Hoaks

Kompas.com - 02/03/2018, 09:35 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Terbongkarnya sindikat penyebar isu-isu provokatif The Family Muslim Cyber Army (MCA) oleh Polri pada Senin (26/2/2018) menjadi bukti masih minimnya literasi masyarakat dalam mengonsumsi informasi di media sosial.

Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho melihat hal tersebut menyebabkan penyebaran hoaks tak kunjung berhenti.

"Apalagi, pada momen pilkada justru akan semakin naik. Mereka-mereka itu adalah pihak-pihak yang berpotensi mengamplifikasi masifnya penyebaran hoaks di media sosial," ujar Septiaji kepada Kompas.com, Kamis (1/3/2018) malam.

Selain itu, sindikat ini turut membuktikan tingginya polarisasi di masyarakat. Septiaji mengungkapkan, sindikat seperti MCA memperparah rasa saling curiga antarkelompok masyarakat disebabkan kerasnya perbedaan pandangan dalam memandang isu yang beredar.

Baca juga: MUI: Mencatut Nama Muslim, MCA Menodai Kesucian Ajaran Islam

"Jadi, terbongkarnya sindikat ini membuktikan bahwa problem mendasar di masyarakat kita terkait penyebaran hoaks ini masih cukup besar, ya," katanya.

Septiaji memaparkan bahwa pihaknya terus melakukan kontranarasi terhadap berbagai hoaks yang beredar. Ia menilai, peredaran hoaks yang didistribusikan sindikat MCA terbilang cukup mudah dibongkar. Sebab, kelemahan MCA terletak pada narasinya yang tidak kompleks.

"Menurut kami, ini tidak secanggih zaman-zaman (akun Twitter) Triomacan, yang dia cukup kompleks membangun narasinya," ucapnya.

Selain melakukan kontranarasi, Mafindo juga melakukan upaya edukasi kepada masyarakat supaya bisa memiliki daya kritis dan kemampuan membedakan mana informasi yang benar dan yang salah.

Baca juga: Mengintip Kerja The Family MCA, Produsen Hoaks dengan Ratusan Ribu Anggota

Seperti diketahui, MCA merupakan sindikat yang menyebarkan konten berupa isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia, penculikan ulama, dan mencemarkan nama baik presiden, pemerintah, hingga tokoh-tokoh tertentu. Tidak hanya itu, pelaku juga menyebarkan konten berisi virus kepada orang tertentu.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Mohammad Iqbal mengatakan, perang terhadap hokas dan isu provokatif tentunya tidak dapat dilakukan hanya oleh Polri.

"Polisi tak bisa bekerja sendiri. Penegakan hukum kami jalankan, imbauan kami maksimalkan. Tinggal bergandengan tangan, dong, seharusnya semua stakeholder," ujar Iqbal saat dijumpai di Kompleks Markas Korps Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, Rabu (28/2/2018).

Pengungkapan sindikat itu, lanjut Iqbal, merupakan wake up call kepada semua komponen masyarakat untuk mulai melawan hoaks dan isu provokatif, mulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekitar, hingga pada akhirnya pada lingkungan yang lebih luas.

Kompas TV TAW ditangkap karena mengarang berita pembunuhan juru azan di Majalengka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com