Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korupsi, Mahar, dan Politik Dinasti, Cerminan Nalar Politik Rente

Kompas.com - 01/03/2018, 11:54 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Terjaringnya berbagai pejabat pemerintahan baik di tingkat pusat dan daerah dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dinilai sebagai praktik nalar politik rente.

Menurut Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, politik bernalar rente merupakan politik yang dibangun oleh watak egoistik. Artinya, politisi lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok dibandingkan kepentingan umum.

Padahal, seharusnya cara berpolitik menggunakan watak altruistik, mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak saat ditemui di Gedung PP Muhammadiyah, Rabu (28/2/2018)DYLAN APRIALDO RACHMAN/KOMPAS.com Ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak saat ditemui di Gedung PP Muhammadiyah, Rabu (28/2/2018)
"Politik itu adalah ruang altruisme, negeri kita kehilangan visi sejak awal, orang jadi PNS bukan jadi ingin pelayan publik, tapi ingin banyak sabetan, orang jadi politisi bukan karena ingin membela kepentingan publik, tapi berburu rente," ujar Dahnil ketika meluncurkan buku terbarunya berjudul Nalar Politik Rente di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rabu (28/2/2018).

Baca juga : Indeks Persepsi Korupsi 2017: Peringkat Indonesia di Bawah Timor Leste

Menurut Dahnil, nalar egoistik merupakan nalar ekonomi yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Namun demikian, nalar ini digunakan oleh sebagian politisi demi mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya.

"Ada masalah dengan niat dan visi. Itulah kemudian buku ini saya sebut sebagai 'Nalar Politik Rente'. Karena politik kita diwarnai politik rente," ungkap dia.

Dahnil berharap agar politik yang dijalankan oleh para elit politisi merupakan ruang pertarungan altruistik. Politisi sejatinya harus berlomba-lomba dalam kebaikan dan tak membuat kesepakatan dalam tindak kejahatan.

Di sisi lain, Dahnil menyoroti keberadaan mahar politik dalam pencalonan kandidat yang dimanfaatkan partai politik untuk memperoleh keuntungan tertentu.

Baca juga : Petahana Maju Pilkada, Ratusan Daerah Dinilai Rawan Korupsi

"Belakangan ini, jelang pemilu semua upaya dilakukan, ketika maju harus bayar mahar berapa, bohong kalau mereka enggak bayar," kata Dahnil.

Kekhawatiran akan politik rente juga bermuara pada politik dinasi di berbagai daerah. Dahnil menganggap lahirnya politik dinasti disebabkan oleh kompetisi politik yang tidak sehat. Hanya orang-orang yang memiliki modal untuk masuk ke dunia politik.

"Pasar politik kita yang oligopoli. Oligopoli ada barrier uang, Anda enggak bisa masuk sembarangan masuk pertarungan politik. Kompetisinya bukan kompetisi ide, bukan kompetisi gagasan," ujar dia.

Hal itu membuat calon politisi yang cerdas sekaligus berintegritas terkadang sulit mengakses panggung politik untuk memperjuangkan gagasannya.

"Pasar politik kita tidak memberikan ruang bagi mereka yang berkualitas tinggi," kata Dahnil.

Kompas TV Dari dalam kapal mewah ini, 34 orang ditangkap petugas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com