Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

150 Juta Pemilih Belum Dilakukan Coklit, Partisipasi Masyarakat Dibutuhkan

Kompas.com - 27/01/2018, 17:55 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Komisi Pemilihan Umum RI (KPU) telah memulai kegiatan pencocokan dan penelitian (coklit) pemutakhiran data pemilih pada 20 Januari 2018. Kegiatan coklit hari pertama dilaksanakan secara serentak, dan hingga Sabtu (27/1/2018) pukul 12.00 telah tercatat sebanyak 11.292.585 pemilih yang dilakukan coklit.

Jika dibandingkan dengan Data Potensial Penduduk Pemilih Pilkada/Pemilu (DP4) yang menjadi basis kegiatan coklit ini, hasil sepekan pertama itu masih sedikit. DP4 dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yang diserahkan ke KPU menunjukkan ada sebanyak 160.756.143 calon pemilih yang harus dilakukan coklit.

Sementara itu, data pemilih pemula tercatat sebanyak 10.628.883, yang terdiri dari 5.455.160 pemilih laki-laki serta 5.173.723 pemilih perempuan.

Komisioner KPU Viriyan Azis menuturkan, petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP) mengalami sejumlah kendala dalam kegiatan ini.

Baca juga : Gunakan Perahu, Petugas Coklit di Sultra Datangi Pulau-pulau Kecil

“Ada pihak yang tidak ingin di-coklit ternyata. Ini kita temui juga di lapangan," ujar dia di kantor KPU, Sabtu (27/1/2018).

Viriya menuturkan, ada sikap kurang baik dari calon pemilih yang tidak patut dicontoh dalam merespons kegiatan coklit ini.

“Ada pemilih yang kemudian berkata begini, ‘Pak nanti kan kita bisa juga meskipun tidak ada di dalam daftar pemilih, tapi kita bisa bawa KTP. Kan tetap bisa juga memilih.’ Ada juga yang bahasanya ‘Kata RT saya boleh dengan cara seperti ini’,” sambung Viriyan.

“Ini perilaku yang menurut kami, kita sangat berharap tidak menjadi sikap masyarakat,” imbuhnya.

Baca juga : Siap-siap, 20 Januari KPU Gelar Coklit Serentak untuk Data Pemilih

Lebih lanjut, dia mengatakan, apabila kasus-kasus seperti itu terjadi dalam jumlah sangat besar, yang bersangkutan bisa kehilangan hak pilihnya. Respons seperti itu, kata Viriyan, menunjukkan bahwa masyarakat belum memahami dengan baik kegiatan coklit, meskipun sudah dilakukan dari pemilu-pemilu sebelumnya.

Contoh kasus lain yang menjadi kendala PPDP yaitu tuan rumah atau calon pemilih tidak membukakan pintu untuk dilakukan coklit.

“Tadi pagi kami dapat video rekaman dari PPDP kami, PPDP-nya sudah ketuk pintu, kemudian hampir dikejar binatang piaraan dari yang punya rumah. Akhirnya, tidak coklit karena tidak dibukakan pintu,” katanya.

Ketepatan waktu

Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum RI (Bawaslu) Mochamad Afifuddin mengatakan, hasil coklit yang baru mencapai sekitar 11 juta pemilih itu harus menjadi perhatian bersama.

“Masih ada sekitar 150 jutaan pemilih dari DP4 yang kita periksa yang belum di-coklit, dan nanti akan di-coklit sampai tanggal 18 Februari,” kata Afifuddin.

Afifuddin mengingatkan PPDP agar semangat hari pertama coklit serentak, tidak kendor hingga hari terakhir kegiatan ini.

Selain itu, dia juga mengingatkan agar PPDP bisa mencari waktu yang tepat untuk men-coklit mengingat banyak calon pemilih yang masih pelajar dan pekerja.

“Kemarin sudah kami berikan analisisnya, karena hampir separuh pemilih kita itu keterangannya adalah pelajar dan orang bekerja. Sehingga apakah potensial dia di rumah sore atau Sabtu-Minggu, itu harus menjadi cara PPDP menyiasati kedatangannya,” pungkas Afifuddin.

Kompas TV KPK menyebut calon peserta pemilihan kepala daerah di berbagai wilayah telah menyerahkan LHKPN meski masih ada yang perlu dilengkapi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

Nasional
Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

Nasional
Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

Nasional
Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

Nasional
Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

Nasional
Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

Nasional
JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

Nasional
Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

Nasional
Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

Nasional
DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

Nasional
Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

Nasional
Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com