JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) mengatakan, Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto bukan sosok yang gampang dibohongi.
Pernyataan itu diungkapkannya terkait polemik internal yang tengah terjadi di Hanura.
Konflik internal ini membuat Hanura terpecah menjadi dua kubu.
"Pak Wiranto kan bukan anak kemarin yang bisa dibohong-bohongi. Pak Wiranto mengambil kebijakan yang mengatakan tidak ada Munaslub," kata Oesman Sapta, di Hotel Manhattan, Jakarta, Rabu (17/1/2018).
Baca juga: Kisruh Hanura, Dua Kubu Saling Klaim Dukungan Wiranto
OSO mengatakan, Wiranto menolak penunjukan Wakil Ketua Umum Partai Hanura Marsekal Madya (Purn) Daryatmo sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum Partai Hanura kubu "Ambhara".
Konflik internal Hanura berawal dari dilayangkannya mosi tidak percaya oleh 27 DPD dan lebih dari 400 DPC Hanura. Melalui mosi tidak percaya ini, mereka memberhentikan Oesman Sapta sebagai Ketua Umum Hanura.
Baca juga: Oesman Sapta Senang, Masih Banyak DPD dan DPC Hanura Dukung Dirinya
Mosi tidak percaya ini diduga karena adanya kewajiban mahar politik bagi calon legislatif yang akan maju dari Partai Hanura.
Pada Senin (15/1/2018), sejumlah pengurus Partai Hanura mengadakan rapat di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan.
Rapat memutuskan untuk memberhentikan OSO dari jabatannya atas dasar permintaan dari 27 DPD dan lebih dari 400 DPC yang menyampaikan mosi tidak percaya tersebut.
Baca: Oesman Sapta Klaim Wiranto Dukung Kepemimpinannya di Hanura
Wakil Ketua Umum partai Hanura Marsekal Madya (Purn) Daryatmo ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum.
Menyikapi hal ini, OSO menyatakan perlawanan. Tindakan itu dinilainya telah merusak partai.
OSO kemudian mencopot Sarifuddin Sudding dari posisi Sekretaris Jenderal Hanura karena dianggap melanggar disiplin organisasi dan ikut ambil bagian dalam pemecatan terhadapnya.
OSO mengangkat Sekjen Hanura yang baru, Herry Lontung.