JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ahmad Syafii Maarif alias Buya Syafii menyatakan kesedihannya dengan perilaku elite partai politik.
Dia melihat, perilaku elite parpol menyedihkan karena tidak kompak mendukung lembaga antirasuah. Padahal, lanjut Buya, KPK yang juga salah satu anak kandung dari reformasi disamping Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, kerjanya paling banyak disorot.
Selama 14 tahun berdiri, kata Buya, KPK sudah banyak menghasilkan kerja pemberantasan korupsi.
"Tapi yang agak menyedikan itu elite politik tidak kompak dukung KPK. Padahal Undang-Undangnya dibuat di DPR bersama Pemerintah," kata Buya.
Baca juga : Dalami Proses Saat Novanto Menghilang, KPK Periksa Hilman Mattauch
Hal itu dia sampaikan dalam rangkaian acara Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Harkodia) dan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Dia bahkan melihat ada kesan seolah partai politik tidak bahagia dengan adanya KPK.
Padahal tanpa KPK, lanjut Buya, Indonesia bisa runtuh. Menurut dia, sama seperti hancurnya VOC akibat tindakan korupsi yang menggerogoti dari dalam.
Sebagai lembaga yang menangani kasus korupsi, yang notabene merupakan kejahatan luar biasa, Buya menilai KPK harus mendapat dukungan.
Baca juga : KPK: Tersangka, Termasuk Setya Novanto, Berhak Lebih Cepat Diadili
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu selain mendukung KPK, dia juga sekaligus melontarkan kritik. KPK dinilainya masih lama dalam menetapkan seseorang menjadi tersangka.
"Kalau tetapkan tersangka, enggak cepat ditahan," ujar Buya.
Dia juga menyoroti soal pasang surut KPK. KPK pernah mendapat ujian saat Ketua KPK Antasari Azhar dituduh terlibat kasus pembunuhan.
Buya menyatakan, dia tidak yakin dengan tuduhan terhadap Antasari, tetap kasus itu menurut dia cukup membuat nama KPK rusak.