Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buya Syafii: Yang Menyedihkan, Elite Politik Tidak Kompak Dukung KPK

Kompas.com - 12/12/2017, 13:45 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Komite Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ahmad Syafii Maarif alias Buya Syafii menyatakan kesedihannya dengan perilaku elite partai politik.

Dia melihat, perilaku elite parpol menyedihkan karena tidak kompak mendukung lembaga antirasuah. Padahal, lanjut Buya, KPK yang juga salah satu anak kandung dari reformasi disamping Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, kerjanya paling banyak disorot.

Selama 14 tahun berdiri, kata Buya, KPK sudah banyak menghasilkan kerja pemberantasan korupsi.

"Tapi yang agak menyedikan itu elite politik tidak kompak dukung KPK. Padahal Undang-Undangnya dibuat di DPR bersama Pemerintah," kata Buya.

Baca juga : Dalami Proses Saat Novanto Menghilang, KPK Periksa Hilman Mattauch

Hal itu dia sampaikan dalam rangkaian acara Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Harkodia) dan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (12/12/2017).

Dia bahkan melihat ada kesan seolah partai politik tidak bahagia dengan adanya KPK.

Padahal tanpa KPK, lanjut Buya, Indonesia bisa runtuh. Menurut dia, sama seperti hancurnya VOC akibat tindakan korupsi yang menggerogoti dari dalam.

Sebagai lembaga yang menangani kasus korupsi, yang notabene merupakan kejahatan luar biasa, Buya menilai KPK harus mendapat dukungan.

Baca juga : KPK: Tersangka, Termasuk Setya Novanto, Berhak Lebih Cepat Diadili

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu selain mendukung KPK, dia juga sekaligus melontarkan kritik. KPK dinilainya masih lama dalam menetapkan seseorang menjadi tersangka.

"Kalau tetapkan tersangka, enggak cepat ditahan," ujar Buya.

Dia juga menyoroti soal pasang surut KPK. KPK pernah mendapat ujian saat Ketua KPK Antasari Azhar dituduh terlibat kasus pembunuhan.

Buya menyatakan, dia tidak yakin dengan tuduhan terhadap Antasari, tetap kasus itu menurut dia cukup membuat nama KPK rusak.

Kompas TV Komisi Pemberantasan Korupsi masih membuka kemungkinan memeriksa Gubernur Jambi, Zumi Zola dalam kasus dugaan suap RAPBD.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com