JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan kebenaran isu tewasnya Bahrun Naim, simpatisan ISIS asal Indonesia, di Suriah.
Isu tersebut beredar luas di media sosial.
Namun, hingga saat ini, Polri belum mendapatkan informasi resmi soal kabar tersebut.
"Polri harus cari sumber resmi yang akurat, bisa dari counterpart kami di luar negeri yang memiliki akses di sana, betul apa enggak," ujar Tito, di Markas Kepolisian Air dan Udara (Polair) Baharkam Polri, Pamulang, Tangerang Selatan, Selasa (5/12/2017).
Baca: Polisi Selidiki Kebenaran Kabar Kematian Bahrun Naim
Tito mengatakan, informasi di media sosial bisa saja benar, bisa juga hoaks. Sebab, kabar soal kematian Bahrun Naim bukan kali ini saja merebak.
"Bisa betul dia meninggal, bisa juga ini trik dia supaya tidak dikejar," kata Tito.
Tito mengatakan, jika Bahrun benar-benar tewas, maka akan berdampak pada jaringan terorisme di Indonesia.
Baca: Ada Perintah Bahrum Naim, Polisi Tingkatkan Pengamanan di Markas
Sebab, Bahrun merupakan pihak yang berada di tengah-tengah antara elite ISIS pusat di Suriah dengan kelompok teroris di Indonesia.
Bahkan, Bahrun juga kerap berkomunikasi langsung dengan eksekutor atau "pengantin" bom bunuh diri.
Tito menyamakan peran Bahrun dengan Hambali, teroris perancang bom Bali dan sejumlah aksi teroris lain. Saat itu, ia merupakan perantara antara Al Qaeda dengan Jamaah Islamiyah.
"Kasus bom Thamrin, kasus Masjid Falatehan, dan beberapa kasus lain berhubungan langsung dengan Bahrun Naim," kata Tito.
Bahrun Naim disebut-sebut sebagai dalang aksi teror bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada Januari 2016.
Bahrun yang kerap disebut sebagai pimpinan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini merupakan perekrut sejumlah teroris dari Indonesia.
Bahrun kerap mengajarkan cara membuat bom melalui grup-grup Telegram internal teroris.