Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Peran Istana Penting untuk Solidkan Golkar

Kompas.com - 04/12/2017, 14:20 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia Maksimus Ramses Lalongkoe menilai, upaya Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar bertemu Presiden Joko Widodo merupakan langkah tepat.

Menurut Maksimus, upaya politik yang dilakukan DPD Golkar dengan bertemu Jokowi bisa menyelamatkan dan mempercepat proses konsolidasi partai beringin.

"Elite Golkar tidak mau terjadi kembali dinamika internal sebelumnya, hingga terjadinya perpecahan dan dualisme kepemimpinan. Peran istana sangat penting menyolidkan partai Golkar," kata Maksimus saat dihubungi, Senin (4/12/2017).

Maksimus mengatakan, upaya untuk kembali menaikkan elektabilitas Partai Golkar memang tak mudah setelah ketua umumnya Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi proyek E-KTP dan ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

(Baca juga : Pimpinan Dewan Pakar Golkar Nilai Airlangga Hartarto Cocok Pimpin Golkar)

 

Oleh karena itu, wajar apabila elite-elite Golkar mulai mendekat ke Jokowi.

Selain untuk mendapat dukungan istana, upaya ini juga untuk membantu menaikkan kepercayaan publik terhadap Golkar. Sebab, kepercayaan masyarakat terhadap Jokowi masih sangat tinggi.

"Hal yang wajar bila elite Golkar berupaya menyelamatkan partai, apalagi sejumlah hasil survei menunjukkan elektabilitas Golkar makin merosot saat ketua umum terjerat kasus korupsi," ujar Maksimus.

Namun, Maksimus mengingatkan, untuk membenahi partai, Golkar harus segera keluar dari pusaran kasus Setya Novanto. Golkar harus segera memberhentikan Setya Novanto baik dari kursi ketua umum dan Ketua DPR.

Sosok penggantinya, kata Maksimus, harus diluar dari lingkaran mereka yang berada di pusaran kasus yang membelit Setya Novanto.

(Baca juga : Melihat Hubungan Golkar dan Istana...)

 

Rekam jejaknya pun harus tidak pernah terlibat dalam upaya-upaya pelemahan pemberantasan korupsi.

“Ini pelajaran penting bagi Golkar, kalau mau kembali naik elektabilitas dan citranya menjadi partai yang komitmen bersih dari korupsi, maka sosok yang dimunculkan harus yang tanpa beban korupsi masa lalu," ujarnya.

Para pimpinan DPD I Partai Golkar sebelumnya menemui Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Kamis (30/11/2017).

Dalam pertemuan tersebut, DPD I Golkar meminta izin Jokowi agar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bisa mencalonkan diri sebagai ketua umum Golkar menggantikan Setya Novanto yang menjadi tersangka kasus korupsi proyek E-KTP.

Jokowi pun disebut telah memberikan restu kepada Airlangga. Usai bertemu Jokowi, para pimpinan DPD I dan Airlangga juga langsung bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Kompas TV Dedi Mulyadi mengingatkan kembali slogan Golkar, "Suara Golkar Suara Rakyat".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com