BOGOR, KOMPAS.com - Investasi Denmark di Indonesia selama pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla diketahui meningkat tajam.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mencatat, pada 2016 nilai investasi Denmark di Indonesia hanya mencapai 800.000 dollar AS. Namun, tahun ini nilainya meningkat menjadi 10.9 juta dollar AS.
Meski demikian, Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen bersepakat untuk meningkatkan lagi nilai investasi itu.
"Oleh sebab itu kedua pemimpin negara bicara soal iklim investasi di Indonesia yang semakin baik. Nanti diharapkan kerja sama investasi bisa ditingkatkan," ujar Retno, usai pertemuan Presiden Jokowi dengan PM Lars di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (28/11/2017).
Rencananya, peningkatan investasi Denmark di Tanah Air itu akan berada di sektor pengelolaan sampah dan limbah.
(Baca: Indonesia Siap Terapkan Teknologi Energi Berbasis Sampah Milik Denmark)
Sebelumnya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, tujuh kota di Indonesia akan menjadi proyek percontohan penerapan teknologi pengelolaan sampah dan limbah itu.
Teknologi itu dapat mengubah sampah dan limbah menjadi energi listrik untuk kebutuhan sehari-hari.
PM Lars sendiri, dalam pernyataan pers bersamanya, menyatakan keinginannya untuk bekerja sama dengan Indonesia di sektor pengelolaan sampah dan limbah.
"Presiden Jokowi dan saya telah menyetujui meningkatkan perdagangan, investasi sekaligus melanjutkan penghapusan berbagai hambatan perdagangan. Kita adalah mitra ekonomi yang sangat dekat dan memiliki prospek kuat," ujar Lars.
"Denmark akan mendukung Indonesia mencapai ambisi mengurangi sampah plastik di lautannya sebanyak 70 persen pada tahun 2025," kata dia.
(Baca juga: Ini Lima Topik yang Dibahas Jokowi dengan PM Denmark)
Ia berkeyakinan, ke depannya Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi baru, baik di kawasan Asia Tenggara, Asia, bahkan dunia.
"Pada 2023, Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar dan Indonesia akan memimpin international road," ujar Lars.