Ini kali Joni benar-benar buntu pikirannya. Sebagai penulis skenario andal sebentar lagi reputasinya bakalan ancur cur! Maklumlah, semua kemungkinan cerita lanjutan setelah "Tragedi Tiang Listrik" sudah ditebak semua oleh para penonton.
Kopi di meja tinggal sisa, rokok di tangan tak terasa sudah nyaris membakar kedua jarinya. Dan..Joni meloncat kaget, sengatan bara rokok membuyarkan imajinasinya. Padahal ya padahal..tinggal sejengkal dia akan beroleh ide. Gara-gara puntung sialan, lenyaplah ide bernas yang akan menghapus ketololan skenario "tragedi tiang listrik". Maka dengan murka membara, ia banting puntung ke tanah, dan dengan sepatunya dia injak si puntung penuh dendam, hingga tercerai-berailah tembakaunya.
Joni benar-benar tersudut. Dia tak cuma ditertawakan sebagian besar penonton yang menganggap karyanya amat buruk, tapi juga mendapatkan kritikan pedas dari sesama penulis skenario. Maka para penulis skenario itu pun menuduh bahwa Joni sudah menjadi penulis skenario yang mapan, sehingga lenyaplah sudah kepekaannya. Ya ya...sejak mengabdi kepada aktor utama pemeran "Tragedi Tiang Listrik" yang biasa dipanggil Papa itu, beberapa tahun belakangan ini, hidup Joni memang sudah aman lahir batin. Rumah bagus lengkap dengan kolam renang dan peralatan gym, mobil bagus, penghasilan oke, pergaulan kelas atas.
Kawan-kawannya sesama penulis skenario menuduh kreativitas Joni telah terpenjara oleh kemauan-kemauan si Papa. Joni menulis karena pesanan, bukan karena kemauan sendiri. Maka tak heran jika Joni kini sampai di jalan buntu. Akibatnya, kisah yang ditulisnya pun jadi ngawur, seadanya, dan cenderung tolol. Masa si Papa disuruh naik mobil, terus nubruk tiang listrik, sopir dan ajudannya yang duduk di depan aman, si Papa yang duduk di tengah babak belut..eh babak belur. Iseng amat yak itu si sopir mlipir-mlipir cari korban tiang listrik untuk ditubruk pada pukul 19.00 di kawasan Permata Hijau yang padat lalu-lintasnya.
Kebodohan berikutnya adalah, mustahil airbag mobil fourtuner tidak berfungsi baik dengan tabrakan yang membuat penunpangnya "berdarah-darah" dan body seperti terbuat dari kaleng kerupuk. Buktinya tabrakan sama tiang listrik yg tak seberapa besar iu, telah mengakibatkan body mobil perkasa itu penyok dan melesak.
Dengan jalan cerita yang lemah dan seadanya, sudah pasti penonton pun tertawa terpingkal-pingkal sambil tak lupa melontarkan komentar-komentar lucu tapi nylekit. Ada yang bilang, "Tak kan lari tiang dikejar".
Penonton bernama Wiwien bilang, "Seat belt & airbag gak maen rek.. #fortuner_opo_oplet..???"
Disahutin sama Heri Latief, "Kabarnya mobil papa nabrak tiang? Kasian tiangnya."
Trisno menimpali, "Tiang Listrik Kurang Ajar ...orang mau buru2 ke KPK dihalangi...jadi papa tabrak deh...atiiiit lagi."
Eko tak mau kalah, "Setelah discan dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging), PAPA dinyatakan DPO (nDak Punya Otak)."
Ida nggak mau ketinggalan, "Breaking News : Besok siang Tgl,18-11-2017 Mulai Pukul 13 s/d Pukul 18 sore, seluruh Indonesia listrik akan padam sementara, dikarenakan puluhan juta anggota PTLSI ( Persatuan Tiang Listrik Seluruh Indonesia ) akan demo untuk menuntut rekannya yang ditabrak dan ditetapkan sebagai tersangka."
Semehtara Ricke bilang, "Benjol doang..
Nyawanya ada 9. Kemarin kemarin sudah dipakai 4, masih ada 5.."
***
Oleh kecerobohan Joni dalam menulis skenario, sehabis tragedi tiang litrik yang jauh dari epik itu, penonton dan para penulis skenario pun sudah menebak jalan cerita berikutnya.
Ada yang kasih saran, setelah ini, lebih baik papa berperan sebagai orang amnesia, lupa segalanya. Atau pura-pura waras atau menjadi gila permanen.
Amnesia memang jadi pilihan yang disukai penonton. Mereka bilang, Amnesia jd cerita lanjutan. Lalu scene pindah ke Singapore. E-KTP pun dimakamkan.