Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Kirim Tim Pemantau dan Mediasi Kelompok Bersenjata di Papua

Kompas.com - 16/11/2017, 14:48 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara mengungkapkan, pihaknya telah memantau terkait peristiwa penahanan 1.300 warga dari dua desa di Papua oleh kelompok kriminal bersenjata di Papua.

Selain itu, tim dari kantor perwakilan wilayah Komnas HAM di Papua juga ikut melakukan proses mediasi.

Sebanyak 1.300 orang dari dua desa, yakni Desa Kimbely dan Desa Banti, Kecamatan Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, dilarang keluar dari kampung itu oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB).

"Kami mengapresiasi permintaan Kapolri tersebut. Sejak awal Komnas HAM telah mengerahkan Tim dari kantor perwakilan Komnas HAM di Papua. Saat ini mereka sedang melakukan pemantauan juga upaya mediasi," ujar Beka saat dihubungi, Kamis (16/11/2017).

(Baca juga : Kapolri Minta Komnas HAM Bantu Mediasi Kelompok Bersenjata di Papua)

Menurut Beka, saat ini komisioner masih menunggu laporan dari tim pemantau di Papua. Oleh sebab itu, dirinya belum bisa bicara banyak mengenai perkembangan situasi di Papua.

Di sisi lain, Beka juga memastikan bahwa tim pemantau telah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah (Polda) Papua dalam membantu proses mediasi dengan kelompok kriminal bersenjata.

"Selain itu, tim juga sudah berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Papua," kata Beka.

Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian sebelumnya meminta Komnas HAM untuk ikut memediasi aparat Polri dan TNI dengan kelompok kriminal bersenjata di Papua.

(Baca juga : Pembebasan Sandera di Papua, Komisi I Minta Operasi Militer Pilihan Terakhir)

Dengan Komnas HAM terlibat dalam proses mediasi dan upaya perdamaian tersebut, diharapkan mereka paham dengan situasi dan kondisi riil yang ada di lapangan.

Sehingga tidak menyalahkan segala upaya yang dilakukan oleh petugas.

"Jangan nanti kalau ada apa-apa, tinggal menyalahkan pada petugas saja. Ingat, petugas juga berjuang (dengan taruhan) nyawa. Jangan nanti mereka (petugas) sudah bertindak, ada korban, disalahkan lagi," kata Tito.

(Baca juga : Kapolri Beri Kenaikan Pangkat Polisi yang Tewas Tertembak di Papua)

Hingga saat ini, petugas masih menempuh upaya persuasif dengan KKB, baik melalui forum keagamaan, forum adat dan saluran lain guna menyelamatkan warga masyarakat yang disandera.

Namun, apabila cara persuasif tidak berhasil dan menemui jalan buntu, Tito memastikan petugas tidak akan berdiam diri begitu saja.

"Negara tidak boleh kalah. Kita harus lakukan tindakan," ujar Tito.

Kompas TV Kapolda Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar menyatakan upaya negosiasi masih menjadi upaya utama membebaskan warga yang terisolasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com