JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif prihatin ada kepala daerah setingkat gubernur yang salah saat membacakan teks Pancasila.
Menurut Yudi, hal itu sebenarnya merupakan fenomena puncak gunung es di Indonesia.
"Itu puncak gunung es. Menurut survei tahun 2015 lalu, dari 100 orang Indonesia, 27 orang itu tidak lagi hapal sila-sila di Pancasila. Jadi tinggi sekali persentasi orang yang tidak hapal Pancasila itu," ujar Yudi, saat ditemui di Kompleks Istana Presiden, Rabu (15/11/2017).
Peristiwa itu, kata dia, mengindikasikan menurunnya pembelajaran sila-sila Pancasila di masyarakat, beberapa dekade terakhir.
Baca: Akui Salah Baca Teks Pancasila, Gubernur Sulbar Usulkan Rombak Urutan Sila
Yudi berpendapat, fenomena itu memecut semangat UKP-PIP untuk terus mengupayakan penghayatan sila-sila Pancasila.
Menghapal kelima sila itu adalah indikator minimal masyarakat menghayati sekaligus mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
"Makanya, isu strategis yang digalakkan UKP-PIP, adalah soal bagaimana mereaktualisasi dan merevitalisasi pemahaman terhadap Pancasila dengan metode delivery yang lebih menarik," ujar Yudi.
Salah baca teks Pancasila
Diberitakan, Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar mengakui, salah mengucapkan teks Pancasila saat menjadi inspektur upacara dalam peringatan Hari Pahlawan di Mamuju, Sulawesi Barat, 10 November lalu.
Ia berdalih, kesalahan itu terjadi karena terobsesi ingin mendekatkan sila pertama dengan sila kelima Pancasila yang dinilainya terlalu berjarak.
Mantan Bupati Polewali Mandar ini menilai, maraknya aksi terorisme, radikalisme, dan aksi kekerasan lainnya di Tanah Air salah satunya disebabkan jarak sila pertama dengan sila kelima terlalu jauh.
Baca: Viral, Video Gubernur Sulbar Salah Baca Teks Pancasila
Video Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar yang salah membaca urutan sila Pancasila viral di media sosial.
Video itu mengundang perbincangan pro dan kontra. Sila kelima Pancasila, yakni “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dibacakan gubernur menjadi sila kedua.
Padahal, sila kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Namun, ia segera meralatnya dengan kembali membacakan sila kedua.
“Saya salah ucap, sila kedua di bawah sila kelima, kenapa? Karena saya selalu berpikir radikalisme, terorisme, komunisme, aksi demo, dan persoalan lainnya karena masih terlalu jauh antara sila pertama dengan sila kelima Pancasila,” kata Ali Baal di depan ratusan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Selasa (14/11/2017).