JAKARTA, KOMPAS.com - Polri melalui Densus 88 Antiteror ingin mendalami peran Minhati Madrais, istri salah satu pemimpin Maute Group, Omar Khayam, selama menetap di Filipina. Selain itu, akan didalami juga keterkaitan Minhati dengan aksi-aksi teror di Indonesia.
"Penting bagi kita untuk bisa menginvestigasi, mewawancarai lebih banyak, supaya kita bisa menggali keterkaitannya dengan aksi-aksi teror selama ini," ujar Martinus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (7/11/2017).
Hingga saat ini, polisi belum menemukan hubungan Minhati dengan aksi-aksi tersebut.
Martinus mengatakan, pihaknya masih menelusuri latar belakang dan aktivitas Minhati selama berada di Indonesia.
(Baca juga : Densus 88 Bertolak ke Filipina Terkait Penangkapan Istri Pimpinan Maute)
"Termasuk lahir di mana, siapa saja saudaranya, bagaimana pendidikannya, di mana saja. Ini masih terus di-profiling untuk bisa diketahui dalam kiprahnya selama di Indonesia," kata dia.
Hal yang sama juga dilakukan terhadap Muhammad Ilham Syahputra, WNI yang tergabung dalam kelompok Maute dan ikut menggempur kota Marawi, Filipina.
Ilham ditangkap kepolisian Filipina pada Rabu (1/1/2017). Untuk sementara waktu, kedua WNI itu masih ditahan di Filipina untuk menjalani pemeriksaan intensif.
Martinus memastikan keduanya mendapatkan pendampingan dari Kementerian Luar Negeri.
"Kita tentu menghormati hukum yang ada di negara-negara dimana WNI berada, bagaimana bentuk hukum yang dilakukan," kata Martinus.
Minhati ditangkap otoritas Filipina pada Minggu (5/11/2017). Ia ditangkap bersama enam anaknya di Tubod Iligan City, Filipina.
Bersamaan dengan penangkapan itu, aparat Filipina menyita sejumlah material yang biasa ditemukan pada bom yakni, empat buat blasting cap, alat yang ditancapkan pada bahan peledak yang berfungsi sebagai penghantar pemicu ledakan.
Selain itu, aparat juga menemukan dua buah detonating cord (kabel detonator) dan satu time fuse. Aparat juga menemukan sebuah paspor yang telah habis masa berlakunya.