JAKARTA, KOMPAS.com - Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono bukan merupakan sesuatu yang mendadak dilakukan. Menurut Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, pertemuan tersebut telah dirancang sebulan sebelumnya.
"Memang sudah direncanakan sudah cukup lama, sebulan sebelumnya," ujar Hasto di kantor DPP PDI-P, Jakarta, Sabtu (27/10/2017).
PDI-P, kata Hasto, menyambut positif pertemuan tersebut. Dia menyebut ada semangat gotong royong yang dibangun keduanya sebagai presiden dan orang yang pernah menduduki posisi tersebut. Dialog semacam itu dianggap penting untuk berjalannya roda pemerintahan Jokowi.
"Membuka ruang dialog dan persahabatan dengan tokoh-tokoh manapun, baik yang kritis sekalipun," kata Hasto.
Baca juga : Pertemuan Jokowi-SBY Diawali Komunikasi Pratikno-AHY
Hasto menganggap pertemuan tersebut wajar saja dilakukan. Dia membandingkan dengan pertemuan Jokowi dengan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua DPP PDI-P.
"Itu rutin dilakukan, sebagaimana ibu Megawati dan jokowi sering berdialog, bertemu di Istana Batu Tulis. Itu sama," kata Hasto.
Saat itu, kata Pratikno, Agus bertanya apakah memungkinkan jika ada pertemuan antara Presiden dan SBY.
"Memang beberapa waktu lalu kebetulan saya WA-an, komunikasi dengan Mas AHY. Ini Pak SBY akan silahturahmi, Pak Presiden menyambut 'oh iya bagus'. Kemudian kami arrange waktunya," ujar Pratikno.
Namun, selama ini belum menemukan waktu yang cocok untuk bertemu. Baru kemarin pertemuan tersebut bisa dilaksanakan.
Salah satu isu yang dibahas adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu Ormas) yang baru saja disetujui dalam paripurna DPR.