Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MA Bantah Kabar Kursi Calon Hakim Dibanderol Rp 600 Juta

Kompas.com - 27/10/2017, 14:45 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Mahkamah Agung, Achmad Setyo Pudjoharsoyo, membantah kabar adanya oknum calo untuk seleksi calon hakim di lembaganya. Calo tersebut mematok harga Rp 600 juta untuk satu kursi hakim.

"Itu tidak mungkin, nyatanya anak saya tidak lolos. Kalau itu dimungkinkan saya dahulukan anak saya," kata Pudjo di gedung MA, Jakarta, Jumat (27/10/2017).

"Banyak anak pimpinan MA yang ikut. Tapi kenyataannya banyak juga yang tidak lolos. Karenanya itu tidak mungkin," kata dia.

Apalagi saat ini menurut Pudjo, seleksi calon hakim sudah sangat ketat prosesnya dengan sistem komputerisasi atau Computer Assisted Test (CAT).

Seleksi diawali dengan menggunakan sistem CAT dan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD), kemudian sistem Kompetensi Bidang (SKB).

"Persentasenya 100 persen dari SKD itu 40 persen dan 60 persen SKB," kata dia.

(Baca juga: Banyak Anak Pejabat MA yang Tak Lolos Seleksi Calon Hakim)

SKB juga terdiri dari tiga komponen yaitu tes mengenai kompetisi bidang hukum, psikotes, dan kemudian wawancara.

"Menggunakan sistem CAT tes kompetensi bidang hukum nilainya 50 persen dari 60 persen tadi. Kemudian psikotes nilainya 20 persen dan wawancara 25 persen," ujar dia.

"Setelah itu selesai nanti akan kita integrasikan hasilnya. Tetapi yang melakukan integrasi adalah kewenangan panitia seleksi nasional yang diketuai oleh Menteri PAN-RB, MA tidak terlibat di sana," kata Pudjo.

Untuk itu, mantan Ketua Pengadilan Negeri Kelas 1A Khusus Jakarta Barat tersebut mengimbau semua pihak untuk tidak percaya kabar adanya oknum calo tersebut.

"Kami tidak kurang-kurangnya selalu mengimbau jangan percaya dengan oknum dari manapun, apakah dari lingkungan kami atau bahkan dari lainnya," ujar Pudjo.

Menurut Pudjo, kabar tak sedap tersebut selalu berhembus ketika rekrutmen calon hakim di lembaga peradilan tertinggi itu.

"Ini selalu terjadi setiap ada rekrutmen, tidak hanya rekrutmen di MA, di mana saja rekrutmen pegawai swasta juga ada oknum yang mencoba seperti ini. Dinamikanya memang seperti itu. Tetapi saya pastikan tidak mungkin terjadi," tutur dia.

(Baca juga: Hanya 15,01 Persen dari 25,356 Calon Hakim yang Lolos Uji Kompetensi)

Proses seleksi calon hakim sudah dimulai sejak pertengahan Juli 2017. Saat ini MA membutuhkan sebanyak 1.684 orang hakim. Jumlah ini telah disetujui oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Seluruh hakim yang lolos seleksi nantinya akan ditempatkan di 808 pengadilan di seluruh daerah. Rencananya pengumuman hasil seleksi calon hakim tersebut akan diumumkan pada Selasa (31/10/2017) besok.

Mekanisme seleksi calon hakim pengadilan tidak sepenuhnya dijalankan oleh MA meskipun proses seleksi dilakukan berdasarkan Peraturan MA Nomor 2 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pengadaan Hakim Secara Internal.

Sejak tahap awal seleksi hingga wawancara, MA melibatkan pihak eksternal seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, psikolog, dan akademisi bidang hukum.

Kompas TV Hakim sebagai penjaga benteng keadilan sempat dipertanyakan perlukah ada evaluasi di Mahkamah Agung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com