Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh "Buih Raksasa" di Jepara, Ini Penjelasan Kepala Desa Setempat

Kompas.com - 24/10/2017, 06:44 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Dukuh Pentongan, Desa Kedungleper, Kecamatan Bangsri, Jepara, Jawa Tengah dihebohkan kemunculan buih yang tingginya mencapai sekitar 6 meter. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (20/10/2017) malam.

Petinggi atau kepala desa setempat, Ersyad Yusron Kurniawan menuturkan, kejadian tersebut berawal dari adanya seorang warga yang mencuci truk di salah satu titik Sungai Kedung Wuluh pada pagi hari.

Truk tersebut berisi sisa-sisa muatan menyerupai serbuk gamping. Kemudian, muatan yang terjatuh itu terbawa arus sungai dan tertahan di salah satu titik aliran sungai sehingga menimbulkan tumpukan buih.

"Waktu itu warga tidak tahu buih dari truk itu habis ngangkut apa, tidak tahu. Hanya ada sisa-sisa muatan sepeti gamping," kata Ersyad saat dihubungi, Senin (23/10/2017).

Pada malam hari, buih tersebut semakin banyak. Bahkan tingginya mencapai sekitar 6 meter. Selain itu, banyak ikan-ikan yang mati.

Kejadian ini dilihat oleh seorang warga bernama Kolosom. Lalu, ia pun melapor ke pemerintah desa.

Laporan itu, lanjut Ersyad, diteruskan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Jepara.

Pada Sabtu (21/10/2017) pukul 02.00 WIB, Petugas mengambil sampel air sungai di titik lokasi kejadian.

"Jadi, sejak sore sudah ada busa. Semakin malam semakin tinggi dan saya informasikan ke BPBD. Memang banyak ditemukan ikan mati," kata dia.

Hasil penelitian BBPD Jepara menyebutkan bahwa kadar keasaman (PH) pada air sungai masih normal, yakni sekitar 7. Adapun banyaknya ikan yang mati di area tersebut, menurut Ersyad, karena hewan air itu tidak bisa mengambil nafas saat ke permukaan.

"Ikan mati bukan karena keracunan, tapi karena tidak adanya oksigen karena di atasnya ada buih tadi," kata dia.

(Baca juga: Viral Video Pencurian Bagasi, Peristiwa Bukan Terjadi di Indonesia)

Ia mengatakan, warga sempat berfikir macam-macam sebelum ada keterangan dari BPBD Jepara.

"Ada yang berpandangan buih keluar dari tanah. Ada yang bilang 'bidadari mandi di situ, terus sabunnya lupa dibawa'," kata dia.

Ia mengatakan, meskipun hasil penelitian menyebutkan bahwa kadar air masih aman, namun saat ini dua titik area sungai tersebut sudah di pasang tanda peringatan agar warga tidak mengambil air atau mengambil ikan yang sudah mati. Satu tanda di pasang di titik lokasi pencucian truk dan satu lagi di area buih menumpuk.

Ia menambahkan, tanda tersebut akan dipasang selama satu minggu ke depan.

"Sudah jelas dan kita ambil hikmahnya saja. Buat saya, ini bukan bencana tapi human error dan tidak disengaja juga," ujar dia.

(Baca juga: Video Polisi Dimaki Pengendara Mobil Viral di Medsos)

Kompas TV Atas bantuan sang kapolsek mengantarkan warganya berobat, ia pun mendapat apresiasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat saat Bertemu Prabowo Semalam

Presiden Jokowi Ucapkan Selamat saat Bertemu Prabowo Semalam

Nasional
Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Jokowi Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk RAPBN 2025

Nasional
CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

CSIS: Mayoritas Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik

Nasional
Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Korlantas Kaji Pengamanan Lalu Lintas Jelang World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Jokowi Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Semua Pihak Pasca-Pilpres

Nasional
Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Pakar Sebut Semua Lembaga Tinggi Negara Sudah Punya Undang-Undang, Hanya Presiden yang Belum

Nasional
Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Saksi Ungkap SYL Minta Kementan Bayarkan Kartu Kreditnya Rp 215 Juta

Nasional
Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Saksi Sebut Bulanan untuk Istri SYL dari Kementan Rp 25 Juta-Rp 30 Juta

Nasional
Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Tata Kelola Dana Pensiun Bukit Asam Terus Diperkuat

Nasional
Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Jelang Disidang Dewas KPK karena Masalah Etik, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Nasional
Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Kejagung Diminta Segera Tuntaskan Dugaan Korupsi Komoditi Emas 2010-2022

Nasional
PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

PKB-Nasdem-PKS Isyaratkan Gabung Prabowo, Pengamat: Kini Parpol Selamatkan Diri Masing-masing

Nasional
Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Saksi Sebut Dokumen Pemeriksaan Saat Penyelidikan di KPK Bocor ke SYL

Nasional
Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Laporkan Albertina ke Dewas KPK, Nurul Ghufron Dinilai Sedang Menghambat Proses Hukum

Nasional
TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P 'Happy' di Zaman SBY...

TKN Sebut Pemerintahan Prabowo Tetap Butuh Oposisi: Katanya PDI-P "Happy" di Zaman SBY...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com