Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parpol Dinilai Punya Tanggung Jawab Besar Sukseskan Pemilu Langsung

Kompas.com - 16/10/2017, 21:26 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Ryaas Rasyid menegaskan, sejak awal dirinya tidak setuju dengan pemilihan umum secara langsung.

Namun, lantaran saat ini sudah terlanjur digunakan sistem pemilihan umum langsung, Ryaas menilai partai politik punya tanggung jawab lebih besar dalam menyukseskan pemilu. Pembenahan parpol menjadi kuncinya.

"Pertama, mau enggak partai-partai politik memperbaiki dirinya? Mencalonkan orang yang betul-betul bisa berbuat banyak untuk rakyat karena punya kompetensi," kata Ryaas, dalam diskusi "Partisipasi Perempuan dalam Mendukung Agenda Demokrasi Pemilu Serentak Tahun 2019", di Jakarta, Senin (16/10/2017).

Ryaas menuturkan, sudah semestinya partai-partai politik tidak mengusung atau mencalonkan orang hanya karena orang tersebut mampu memberikan mahar yang besar ke partai.

Selain itu, tanggung jawab partai politik juga tidak berakhir setelah kandidatnya terpilih. Ryaas menuturkan, partai politik harus mengawal hasil dari pemilihan umum tersebut.

Jangan sampai partai-partai politik langsung lepas tangan. Terlebih lagi ketika kader partainya yang menjabat justru terlibat kasus korupsi.

"Kan mereka yang mencalonkan dulu. Jadi pembenahannya itu parpol bertanggung jawab atas keterpilihan orang-orang yang berkualitas atau tidak," kata Ryaas.

(Baca juga: Ryaas Rasyid: Jangan Harap Dapat Pemimpin Cerdas, kalau yang Memilih Bodoh)

Pemilihan serentak

Sementara itu, mengomentari pemilihan Presiden (pilpres) yang pelaksanaannya serentak bersamaan dengan pemilihan umum legislatif (pileg), Ryaas menilai seharusnya pelaksanaan pilpres bisa dipisah.

"Namanya pelecehan terhadap jabatan presiden. Orang yang jadi presiden cuma satu kok, kenapa enggak diistimewakan? Kenapa diikutkan kawin massal?" ucap Ryaas.

Menurut Ryaas, sebagai panglima tertinggi, sudah seharusnya ada perlakuan berbeda untuk pemilihan Presiden. Namun, lebih aneh lagi kata dia, pilpres yang dilaksanakan serentak pileg, masih menggunakan ambang batas pencalonan presiden.

"Seharusnya dengan pilpres langsung pun tidak perlu ada ambang batas. Bagaimana bisa threshold kalau pilegnya bersamaan. Ibarat tiket sepak bola sudah disobek," ujar Ryaas.

Kompas TV Di batas akhir, Partai Kebangkitan Bangsa mendaftarkan diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com